Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel

Diperbarui: 21 Maret 2021   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencintai buku, mencintai karya (Foto: Dokumentasi pribadi)

Saya pernah mengalami kelelahan kreatif setelah menulis novel. Ya, hal itu saya alami seusai menggarap Natisha: Persembahan Terakhir. Kekuatan jiwa dan raga saya benar-benar terkuras. Namun, kelelahan itu sirna dengan sendirinya begitu fisik novel tiba di tangan. Bahagia sekali.

Sejak itu saya merasa sangat yakin bahwa menulis novel membutuhkan stamina. Bukan cuma stamina lahir, melainkan juga stamina batin. Saya telah membuktikannya. Tatkala menganggit Barichalla, saya tidak terpapar kelelahan kreatif lagi.

Dari dua pengalaman menulis novel itu, dua pengalaman yang sangat bertolak belakang, saya endapkan perasan pengalaman. Menulis bisa direncanakan. Lalu, saya bikin resep sendiri. Saya uji sendiri jurus ini. Hasilnya, lahirlah jurus Meringkus Sunyi Menembus Batas.

Jurus itu sudah khatam saya dalami. Sudah lolos uji klinis imajiner sebanyak dua kali. Pertama, ketika merampungkan novel Kita, Kata, dan Cinta. Kedua, tatkala menyelesaikan novel Lakuna. Barulah jurus Meringkus Sunyi Menembus Batas ini saya tularkan kepada kalian.

Saripati jurus ini sederhana. Siapa pun bisa memainkan jurus ini.

Pada jurus ini, saya memadukan keterencanaan dengan ketakterdugaan. Semacam menikahkan kreativitas dengan serendipitas. Semacam mengawinkan yang sudah terpikirkan dengan yang akan tersua dengan sendirinya.

Tiada berbeda dengan melatih pencak atau beladiri lainnya, jurus Meringkus Sunyi Menembus Batas ini butuh dibiasakan lewati latihan tiada henti. Kadang mesti berlatih di tempat senyap, seperti di kamar sendirian selama beberapa hari; kadang harus berlatih di tempat ramai, seperti di sebuah kafe yang penuh ingar-bingar.

Sebelum latihan mempermahir, saya terapkan dulu latihan dasar. Memperkuat kuda-kuda. Jika di dalam silat ada melatih kuda-kuda seperti memikul air atau memanggul karung beras selama berbulan-bulan, begitu pula dengan menulis novel.

Kuda-kuda di dalam novel saya perkuat dengan cara melatih kejelian dalam mencari data. Riset butuh ketekunan, persis seperti memikul air tanpa sedikit isinya yang terbuang. Mula-mula berat, lama-lama enteng. Bisa memang kalah gara-gara kebiasaan.

Jangan remehkan kuda-kuda, sebab jurus bisa moncer kalau kuda-kuda kuat. Sajian konten novel akan bergizi apabila dikayakan dengan nutrisi yang mencerdaskan pembaca. Semuanya berawal dari riset mendalam yang dijalani dengan tekun dan sepenuh cinta.

Jadi, Kawan, latih dulu kuda-kudamu sebelum menulis novel. Biar terpancang kokoh, biar terpacak tegak. Setelah kuda-kuda kuat, silakan mencoba jurus tokcer berikut ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline