Mohon tunggu...
Khrisna Pabichara
Khrisna Pabichara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penyunting.

Penulis; penyunting; penerima anugerah Penulis Opini Terbaik Kompasianival 2018; pembicara publik; penyuka neurologi; pernah menjadi kiper sebelum kemampuan mata menurun; suka sastra dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiga Jurus Tokcer Mengarang Novel

20 Maret 2021   20:48 Diperbarui: 21 Maret 2021   10:03 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencintai buku, mencintai karya (Foto: Dokumentasi pribadi)

***

Jurus Menyibak Langit Membelah Bumi

Tujuan jurus ini adalah menemukan gagasan utama yang akan kita singkap di dalam novel. Misal, dalam novel Lakuna, novel terbaru saya, gagasan utamanya adalah mengulik pernak-pernik pesta pernikahan berbeda kasta di Sulawesi Selatan.

Saya mulai langkah pertama dengan memperkuat kuda-kuda. Saya kumpulkan data tentang apa yang terjadi bagaimana mulanya sehingga suku Bugis dari Bone tidak boleh menikah dengan suku Makassar dari Turatea. Ternyata pangkalnya berawal dari Perjanjian Bungayya.

Perjanjian yang ditandatangani pascaperang Sultan Hasanuddin melawan Kompeni itu memuat pasal soal penyerahan kedaulatan kerajaan palili (kerajaan bawahan atau koalisi). Akibatnya, ada sumpah tidak tertulis orang Turatea yang menyatakan tidak akan menikah dengan orang Bone.

Kuda-kuda berupa data saya kumpulkan dengan tekun. Saya telaah dengan cermat. Saya pilah dengan teliti. Lalu, aturan tidak tertulis itu saya adopsi ke dalam cerita. Lahirlah garring bassung (sakit busung lapar) dan teanang anging (hamil tanpa janin).

Dari gagasan utama tentang perkawinan terlarang karena berbeda kasta, lalu berkembang pada keadaan situasional gara-gara perselisihan masa lampau.

***

Jurus Menapis Angin Menggenggam Asap

Setelah data terkumpul hingga menumpuk, saya mulai menata kerangka. Langkah ini merupakan tarikan awal dari jurus Menapis Angin Menggenggam Asap. Semacam gerak pembuka. Fungsinya sebatas peta, bukan sebagai kerangkang ide atau penjara imajinasi.

Saya namai jurus ini dengan Menapis Angin Menggenggam Asap, sebab memang gagasan pokok ditapis ke dalam beberapa bab. Tapisannya berisi karakter yang muncul, konflik yang terjadi, dan tingkat intensi pada tiap-tiap bab.

Lantaran fungsi kerangka saya batasi sebagai peta cerita, saya tidak merasa terkungkung. Tiap bab menyisakan ruang untuk berkreasi. Tiap bab menyediakan tempat untuk meliarkan imaji. Itu bagian dari menapis angin.

Adapun bagian menggenggam asap terdiri atas karakter fisik dan fisis tokoh, plot yang terencana dan tidak terencana, serta konflik yang tertata dan yang tidak terkendali. Inilah ruang bagi saya untuk membangun kisahan.

Dalam jurus ini, seperti lumrahnya pesilat, ada unsur atau anasir merayakan sakit dan menangisi kemenangan. Sebagian tercatat atau sudah terbayangkan, sebagian lagi akan saya temukan saat menulis. Itulah yang saya maksud dengan kreativitas terencana dan serendipitas temuan.

Dalam hal ini, saya memadukan kebiasaan pengarang lain. Ada yang senang mengarang dengan tanpa konsep, ada juga yang suka mengarang dengan bekal kerangka. Saya mengawinkan dua kebiasaan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun