Lihat ke Halaman Asli

Blasius Mengkaka

TERVERIFIKASI

Guru.

Sekolah Berbasis Mesin, Menerapkan "Metode Kerja Mandiri" dalam Pendidikan

Diperbarui: 27 Agustus 2021   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak melukis. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Di era digital ini, proses pendidikan yang paling cocok adalah dengan menerapkan "metode bekerja" mandiri, bukan dengan memakai metode belajar seperti dahulu. 

"Metode bekerja" mandiri digunakan dalam pendidikan karena basis dari pendidikan saat ini dan pekerjaan masa depan para siswa dalam dunia kerja adalah mesin-mesin atau alat-alat, termasuk peralatan digital. Dalam metode ini para siswa tidak harus datang ke sekolah tiap hari, melainkan hanya melaporkan hasil pekerjaannya kepada guru pengawasnya. 

Untuk kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan menenun dapat diadobsi dalam pendidikan di sekolah-sekolah di NTT. 

Sebab, kegiatan menenun bagi para siswa adalah kerja yang membutuhkan peralatan tenun baik tradisional maupun modern. Selain itu kegiatan ini dapat mendatangkan kesejahteraan hidup dan materi.

Dengan metode kerja, perlu ada pembatasan dalam jumlah peserta didik dan para guru. Sedapat mungkin para siswa dan para guru harus memiliki latar belakang yang beragam dalam bahasa, asal-usul, dll. Keragaman budaya merupakan kekuatan sebuah sekolah. 

Sekolah hendaknya tidak boleh menerima terlalu banyak para siswa, seperti pada masa lampau. 

Jumlah para siswa dibatasi, misalnya untuk sebuah SMA hanya mencapai  jumlah minimal 120 untuk seluruh sekolah dengan dianjurkan prioritas jurusan pada jurusan IPA (Kelas X IPA, XI IPA dan XII IPA). 

Agar para siswa dan para guru dapat dengan mudah diperhatikan oleh kepala sekolah. Sehingga normalnya dengan jumlah siswa ini hanya membutuhkan sekitar 10 guru saja untuk setiap sekolah.

Aktivitas menenun di sekolah adalah salah satu wujud penerapan 'metode bekerja' mandiri dalam pendidikan. (Foto: Ist via nttpost.com).

Terutama guru MIPA dan budi pekerti atau paedagogi. Semua guru mata pelajaran memiliki kemampuan dapat memberikan bimbingan dan konseling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline