Lihat ke Halaman Asli

Rindu yang Tak Pernah Pupus

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ahad siang, pada tanggal yang sama 21 tahun yang lalu...

Seorang gadis kecil berumur 11 tahun berlari melintasi persawahan yang sepi. Ada bulir-bulir air mata yang mengalir tersapu angin, aroma wangi bunga bersilir-silir, entah dari mana datangnya, mungkin malaikat yang sedang melindungi gadis kecil itu agar tak terjatuh saat melompati parit di tengah sawah, atau saat meniti jembatan bambu yang licin.

Gadis kecil baru memperlahan larinya saat mendekati sebuah rumah berdinding anyaman bambu. Nafasnya tersenggal, wanita separuh baya yang sedang duduk di atas lincak segera berdiri, memeluk berusaha memberi ketenangan.

Beberapa bulan sebelum itu...

Seorang bapak sedang memetik kelapa muda untuk gadis kecilnya,

"Hati-hati Pa..." lengking gadis kecil berulang kali. Si bapak hanya tersenyum di atas sana, ada sinar bahagia tersirat di mata lelaki itu.

Lihatlah cinta itu tumbuh begitu apa adanya, begitu alami, cinta seorang anak pada bapaknya. Ia takut bapaknya terjatuh dari pohon kelapa :)

"Ali minum dulu yang banyak ya!" Pinta bapak

Baru dua, tiga teguk. "Sudah pa..."

"Minum lagi?"

"Ga mau, kenyang..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline