Lihat ke Halaman Asli

Rukmana Tea

Belajar Tanpa Batas

Pembakaran Kapal Wangkang, Menjaga Tradisi Leluhur Masyarakat Tionghoa di Pasar Gunung

Diperbarui: 17 Agustus 2019   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Umum PMPG Cen Ji Lung/Sonny Cen bersama masyarakat Pasar Gunung sebelum prosesi pembakaran kapal wangkang/Foto: Dok PMPG

Bengkayang- Masyarakat Tionghoa Kalimantan Barat dikenal sangat menjaga tradisi dan berbakti kepada leluhur. Sebagai wujud tanda bakti terhadap leluhur tersebut, dua kali dalam setahun melaksanakan sembahyang kubur.

Mereka yang berada di perantauan akan pulang kampung untuk berziarah ke makan leluhur dan orang tua yang telah tiada.

Ada satu prosesi menarik dalam pelaksanaan sembahyang kubur ini, yaitu pembakaran kapal wangkang.

Apakah prosesi pembakaran wangkang itu? Ini jawaban yang diperoleh penulis dari Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Pasar Gunung (PMPG) Cen Ji Lung/Sonny Cen.

Replika Kapal Wangkang yang dipercaya untuk menghantarkan para arwah ke alam bahagia/Dok: PMPG

Perkumpulan pemersatu masyarakat Pasar Gunung ini, Kamis (15/8/2019, melaksanakan prosesi ritual pembakaran kapal wangkang di Pasar Gunung, Kecamatan Sei Raya Kabupaten Bengkayang.

Replika kapal wangkang yang dibakar/Dok: PMPG

"Pembakaran kapal wangkang merupakan prosesi penutup mengakhiri rangkaian sembahyang zhong yuan jie pada bulan 7 dalam penanggalan Imlek, ritual ini sudah menjadi tradisi tahunan yang berlangsung secara turun temurun, kami meyakini pembakaran kapal wangkang sebagai puncak dari proses perjalanan panjang para arwah ke dunia untuk dihantarkan ke alam akhirat," jelas Cen Ji Lung/Sonny Cen, yang juga Ketua Yayasan Kelenteng Fuk Tet Chi Pasar Gunung.

Ketua Umum PMPG yang juga Ketua Yayasan Fuk Tet Chi, Cen Ji Lung/Sonny Cen saat prosesi pembakaran kapal wangkang/Dok: PMPG

Ketua Umum PMPG yang juga Ketua Yayasan Fuk Tet Chi, Cen Ji Lung/Sonny Cen saat prosesi pembakaran kapal wangkang/Dok: PMPG

Ia menjelaskan, sebelum pembakaran kapal wangkang juga dilakukan sembahyang shi ku atau sembahyang rebut di halaman Kelenteng Fuk Tet Chi. Sesajian yang sudah didoakan menjadi ajang rebutan masyarakat yang hadir.

"Sembahyang shi ku untuk membantu para arwah yang tidak disembahyangi oleh keluarganya agar turut merasakan kebahagiaan, dan prosesi pembakaran kapal wangkang untuk mengantarkan para arwah tersebut menjelajahi samudera menuju alam bahagia," ungkapnya.

Siap dihantarkan bersama kapal wangkang menuju alam bahagia/Dok: PMPG

"Inti dari prosesi sembahyang kubur, selain untuk menjaga tradisi yang sudah berlangsung secara turun temurun, juga menghormati leluhur kita, karena tanpa leluhur kita tidak akan pernah ada," ucapnya.

Kemudian, lanjutnya, makna dan pesan moral dari sembahyang shiku dan prosesi pembakaran kapal wangkang agar saling membantu, saling peduli, dan saling mengasihi terhadap sesama makhluk.

Ketua PMPG yang juga Ketua Yayasan Fuk Tet Chi Pasar Gunung Cen Ji Lung/Sonny Cen/Dok: PMPG

Atas nama PMPG dan Yayasan Fuk Tet Chi Pasar Gunung, ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersama-sama menjadikan acara tradisi leluhur dapat berlangsung aman dan lancar.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline