Baru saja Wike sampai di ruang kerja, sebuah notifikasi pesan lewat aplikasi WhatsApp terdengar dari ponselnya. Ruangan bercat biru muda berukuran tiga kali dua meter tempat biasanya dia memelototi komputer dari pagi sampai sore hari itu, kini menjadi tempat favorit setelah beberapa hari terakhir dia terlihat agak suntuk, dan wajahnya sedikit ditekuk.
Beberapa teman kerjanya sampai tidak berani menyapa setiap kali berpapasan. Segera dibuka pesan dari ponselnya. Netra Wike sempat basah ketika membuka pesan itu. Pesan dari sebuah nama yang tidak asing lagi di hatinya. Dengan agak malas pesan itu pun dibacanya.
[Wike, kenapa pesanku nggak pernah dibalas, sih, marah ya?]
Segera dialihkan pesan dari WhatsApp ke aplikasi lain untuk melupakan pengirim pesan. Ponsel segera diletakkan di atas meja kerjanya, bersamaan dengan tas tangan kecil warna coklat muda. Dalam hati Wike enggan membalas pesan dari Soni, mantan pacarnya yang kini telah menikah satu tahun yang lalu dengan gadis lain.
Wike perempuan berusia dua puluh tujuh tahun berpostur sedang, kulit sawo matang, wajah cukup manis itu pun kini sedang merasa ill feel.
Bagaimana tidak, Soni, laki-laki yang telah dekat dengannya semasa sekolah di SMP sampai SMA, tiba-tiba saja memutuskannya secara sepihak tanpa alasan yang jelas.
Wike pun dengan sabar dan ikhlas menerima keputusan itu, meski terasa berat. Satu bulan sebelum pernikahan Soni, Wike baru mendengar kabar bahwa laki-laki itu ternyata telah dijodohkan dengan Mirna, perempuan berwajah cantik, berkulit putih, yang masih saudaranya.
Wike merasa tersakiti, karena selama ini tidak pernah ada kabar berita tentang perjodohan keluarga tersebut.
Sekali lagi terdengar notifikasi pesan dari ponselnya. Kali ini benar-benar Wike tidak mau diganggu. Segera dibukanya laptop berukuran layar lima belas inci itu. Wike ingin fokus menyelesaikan pekerjaan hari itu, karena banyak file dan data yang belum kelar.
***
Siang yang cukup gerah. Setelah jam istirahat siang usai, seorang tamu tiba-tiba datang memasuki ruang kerja Wike. Tamu itu telah mendapat informasi dari rekan kerja Wike, sehingga dengan mudah masuk ke ruang kerjanya. Tidak asing lagi bagi Wike tamu tersebut. Satu yang membuat Wike terkejut, mengapa tiba-tiba Soni datang ke kantornya.