Lihat ke Halaman Asli

Zulfaisal Putera

Budayawan, Kolumnis, dan ASN

Ibu Kota Baru (Harusnya) Bebas Rawan Konflik

Diperbarui: 5 September 2019   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta Ibukota Baru (Foto: DetikNews)

Akhirnya terang sudah wilayah abu-abu yang selama ini diembuskan. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Senin, 26/8/2019, telah mengumumkan dengan resmi wilayah yang akan dijadikan ibukota baru republik ini. 

Tiga wilayah nominasi yang awalnya diembuskan, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah, akhirnya memunculkan satu unggulan, Kalimantan Timur. Adalah kabupaten baru Penajam Paser Utara (PPU) dan kabupaten lama Kutai Kartanegara (KK) yang akhirnya menjadi pilihan.

Tentu ini pilihan yang sudah diperhitungkan secara matang dan bukan main-main. Apalagi menurut keterangan dari Bappenas, mereka sudah melakukan kajian pemilihan ibukota baru ini sejak tiga tahun lalu. Kita tidak meragukan sedikit pun para ahli yang telah menelaah baik buruknya pemilihan tempat di sebuah daerah untuk dijadikan ibukota. 

Mereka, dengan ilmu pengetahuan dan pengalamannya, pasti punya indikator yang dijadikan dasar penetapannya. Dan presiden, dengan legalitasnya, punya kewenangan untuk memutuskan itu.

Penetapan PPU dan KK sebagai bakal ibukota baru negeri ini, menurut Jokowi, didasarkan pada lima alasan. Pertama,  risiko kebencanaan di dua wilayah tersebut kecil, jarang terjadi bencana banjir, gempa bumi, tsunami dan kebakaran hutan. 

Kedua lokasi dua kabupaten tersebut dianggap strategis karena berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga, dua wilayah tersebut berada di wilayah perkotaan yang sudah berkembang. Keempat ialah dua wilayah tersebut dianggap sudah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Dan kelima di dua wilayah tersebut pemerintah sudah memiliki tanah seluas 180 ribu hektar.

Sebagai orang awam dan sangat mencintai negeri ini, saya sangat mafhum dengan kelima alasan tersebut. Kabupaten PPU yang seluas 3.333 km misalnya, berdasarkan topografinya,  berada di ketinggian antara 0-500 m diatas permukaan laut. Wilayahnya didominasi perbukitan dan dataran di wilayah bagian barat. Demikian juga, KK yang seluas 27.263 km,  berada di ketinggian antara 500 hingga 2.000 m di atas permukaan laut. 

Sebagian besar bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan. Berdasarkan data yang ada, kedua kabupaten yang bersisian itu memang tidak pernah dilanda bencana alam dalam skala besar.

Posisi kedua kabupaten itu juga memang strategis karena berada di tengah-tengah Indonesia. Pengertian posisi di tengah-tengah Indonesia ini memang masih relatif. Tidak bisa sekadar dengan melipat kertas peta hingga bertemu titik yang paling tengah. Pasti ada ukuran koordinatnya. Sementara selama ini, titik tengah Indonesia itu diakui berada di desa Umpungeng. yang terletak di 100 km sebelah utara kota Makassar dan 10 km sebelah barat daya ibukota Kabupaten Soppeng

Desa ini dijuluki "posi'na tanae" yang dalam bahasa bugis berarti pusar atau pusat tanah. Untuk sementara, alasan bahwa kedua kabupaten bakal ibukota baru itu, yaitu Kabupaten PPU dan KK, atau pulau Kalimantan pada umumnya memang secara fisik berada di tengah di antara pulau-pulau lain di wilayah kesatuan NKRI. Jarak rata-rata ke seluruh provinsi di Indonesia dianggap cukup pendek, yakni rata-rata 893 kilometer.

Keuntungan yang melekat dari Kabupaten PPU dan KK  adalah karena satu tanah dan berdekatan dengan dua kota besar Samarinda dan Balikpapan. Samarinda, sebagai ibukota Kalimantan Timur merupakan kota terbesar di seluruh wilayah Kalimantan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline