Lihat ke Halaman Asli

Zeylina

Rajasawardhana_Zeylina

Urgensi Generation Z (Gen Z) Menjelang 2026

Diperbarui: 4 September 2025   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Zeylina Sera Fitaloka

NIM: 202502031012

Kelompok: Rajasa Wardhana

Tentang Urgensi Generation Z (Gen Z) Menjelang 2026

Di persimpangan waktu, ketika jarum jam bergerak antara 2025 dan 2026, kita menyaksikan sebuah fenomena yang bukan sekadar demografi, melainkan pergeseran seismik dalam lanskap sosial, politik, dan budaya Indonesia. Generasi Z, atau yang akrab disebut Gen Z, bukan lagi sekadar masa depan; mereka adalah kini. Dengan jumlah yang masif dan karakteristik yang unik---lahir dan tumbuh di era digital---urgensi peran mereka menjadi semakin nyata dan tak terhindarkan. Pertanyaannya bukan lagi "apakah mereka akan berperan?", melainkan "bagaimana kita memahami dan mengelola peran krusial mereka dalam dua tahun krusial ini?".

1. Transformasi Politik: Dari Apatis Menjadi Partisipan Digital

Banyak stereotip yang melekat pada Gen Z, salah satunya adalah apatisme politik. Namun, realitasnya jauh lebih kompleks. Di tahun 2025-2026, Gen Z akan memasuki usia yang semakin matang secara politik. Mereka mungkin tidak terlibat dalam demonstrasi jalanan seperti generasi sebelumnya, tetapi "ruang gema" (echo chamber) mereka adalah media sosial.

Urgensi Gen Z dalam politik terletak pada kemampuan mereka untuk memobilisasi opini publik secara instan. Isu-isu yang dianggap sepele oleh generasi tua bisa menjadi viral dan menuntut perhatian publik karena kekuatan jangkauan media sosial mereka. Pemilihan umum di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh kampanye digital, influencer, dan narasi-narasi yang beredar di TikTok, Instagram, atau X (Twitter). Urgensi bagi para politisi adalah tidak hanya memahami, tetapi juga berinteraksi dengan cara yang otentik dan transparan dengan generasi ini. Ketidakmampuan untuk beradaptasi akan menjadi bumerang politik.

2. Lanskap Ekonomi dan Lapangan Kerja: Memicu Revolusi Gig Economy

Gen Z adalah arsitek dari revolusi gig economy di Indonesia. Mereka tidak lagi mendambakan pekerjaan kantoran dengan jam kerja 9-to-5 yang kaku. Fleksibilitas, makna, dan dampak sosial menjadi pertimbangan utama dalam memilih pekerjaan. Pada 2025-2026, urgensi Gen Z akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk mengubah model bisnis dan budaya kerja mereka.

Mereka adalah generasi yang cerdas dan inovatif. Hal dimulai yang didirikan oleh Gen Z akan semakin menjamur, menciptakan lapangan kerja baru yang berorientasi pada teknologi dan kreativitas. Namun, di sisi lain, urgensi ini juga menghadirkan tantangan. Bagaimana pemerintah dan institusi pendidikan menyiapkan mereka menghadapi ketidakpastian kerja? Bagaimana menciptakan regulasi yang melindungi hak-hak pekerja lepas dan kreatif? Urgensi ini menuntut respons cepat dari semua pihak untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang adil dan berkelanjutan bagi Gen Z.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline