Lihat ke Halaman Asli

Zen Siboro

samosirbangga

BRICS: Peluang atau Ancaman bagi Indonesia (II)

Diperbarui: 3 Mei 2023   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: BRICS (Dokumentasi Pribadi)

Posisi Indonesia terhadap BRICS.

Disaat negara anggota BRICS justru tidak memiliki kesamaan latar belakang sejarah yang signifikan, Indonesia justru terbalik. Negara ini justru memiliki posisi istimewa dengan latar belakang sejarah dan kemampuan Indonesia pada kontestasi geopolitik internasional hari ini. Sebagai salah satu pelopor Gerakan Non-Blok (GNB) pada masa PD II, Indonesia justru punya sejarah hubungan baik dengan negara anggota BRICS. 

Seperti yang tercantum pada Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955, Indonesia menjadi salah satu negara yang berperan penting serta bermitra dengan India dan Afrika Selatan. Pun kemudian ada masa dimana Cina juga memiliki hubungan baik dengan organisasi Gerakan Non-Blok yang berdiri pada 1961 silam.

Terlepas dari peran Indonesia dalam GNB, pun Indonesia pernah dan masih bermitra dengan Rusia hingga saat ini. Pun pasca kemerdekaan Indonesia, Soekarno sebagai presiden pertama RI pernah memiliki kedekatan khusus dengan pemimpin Rusia saat itu Nikita Khrushchev. Pada 1961, Soekarno bahkan sempat melakukan kunjungan kenegaraan ke Rusia yang saat itu masih disebut dengan Uni Soviet, setelah Rusia menemukan makam salah satu tokoh besar umat Islam, Imam Bukhori.

Hari ini Indonesia juga punya berbagai kerjasama dengan Brazil. Hubungan baik ini sudah terjalin secara diplomatik sejak tahun 1954. Ditambah lagi, sejak tahun 2009 Indonesia dan Brazil sudah menjalin Kerjasama Kemitraan Strategis.

Peluang dan tantangan Indonesia terhadap BRICS

Jika mempertimbangkan kedekatan Indonesia dengan negara anggota BRICS, Indonesia sejatinya berada pada posisi bebas pilih. Kedekatan-kedekatan dengan latar belakang sejarah tersebut sesungguhnya menjadi kesempatan tersendiri bagi Indonesia jika memang ingin bergabung. Pertumbuhan perekonomian Indonesia sebesar 5.31% pada tahun 2022 sesungguhnya bisa menjadi magnet tersendiri, atau bisa juga menjadi nilai tawar tersendiri di mata anggota BRICS lainnya.

Kemudian, daya saing ekonomi Indonesia hari ini juga menunjukkan posisi Indonesia yang tidak bisa dianggap remeh. Dengan PDB di atas 1 Triliun USD, Indonesia kemudian muncul pada peringkat 10 dalam daftar Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) di antara negara anggota G20 lainnya.

Namun kondisi itu juga tidak sepenuhnya memberikan kemudahan bagi Indonesia untuk menyatakan bergabung atau tidak dengan BRICS. Meskipun memiliki kedekatan tersendiri dengan negara anggota organisasi tersebut, juga memiliki nilai tawar dari kacamata pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga harus memahami kondisi dan kemungkinan lain jika ingin ikut bergabung ataupun tidak.

Secara ekonomi Singapura masih menjadi negara dengan investasi tertinggi di Indonesia sampai hari ini. Pada kuartal IV 2022, memang Cina menjadi sukses menjadi penanam modal terbesar di Indonesia, tapi Singapura tetap tertinggi secara akumulatif. Posisi ini juga tidak menampik bagaimana Singapura mampu menjadi negara maju dengan berada di bawah pengaruh bayang-bayang negara Barat seperti Amerika dan Inggris.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline