Lihat ke Halaman Asli

Falsafah Walang

Diperbarui: 28 Februari 2021   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini adalah falsafah pondok yang sering sekali diujarkan. Suatu falsafah yang diambil dari binatang walang yang terlihat membuka mata lebar lebar, namun sejatinya dalam keadaan yang tak melihat apa apa.

Falsafah ini benar benar menohokku sebagai manusia yang masih ingin bertahan melawan arus kehidupan. Falsafah ini benar benar ditanam semenjak kami masih kelas 1 KMI atau setara dengan kelas 1SMP. Tapi mungkin karena usiaku yang waktu itu belum cukup untuk mengerti dan menghayati makna kata kata ini, ya itu menjadi suatu hal yang hanya sambil lalu. "Jangan melek walang", begitulah ujaran yang sering didendangkan. Namun bagiku untuk bisa hidup baik di pondok dan mengikuti segala aturan yang ada hal cukup untuk aku capai. Berjalan mengikuti arus menjadi santri yang taat, baik, rajin dan bersemangat.

Namun rupanya falsafah walang baru terasa ketika aku diberi amanah menjadi seorang pengurus di rayon. Di mana saya tak hanya bertanggung jawab mendidik diri saya sendiri, melainkan bertanggung jawab mendidik dan mengurus para anggota rayon. Namun maha suci Allah yang tidak mau membiarkanku dalam kelalaian yang berkepanjangan. 

Waktu itu di kelas 4 KMI, ketika aku mulai diberi amanat untuk menjadi pengurus kelas 4, maka aku mulai tersadar sepanjang masa belajar, ada satu hal yang mungkin kurang saya pahami. Dan itu adalah kesadaran dalam berbuat dan menyadarkan diri, hati, serta pikiran dengan berbagai perbuatan dan kegiatan yang terlihat dan terjadi.

Begitu dalamnya makna falsafah walang yang selama ini hanya berjalan sambil lalu dipikiranku selama 3 tahun lamanya. Akhirnya aku tersadar bila kita hanya berjalan, melihat dan mendengar juga merasakan tanpa menghayati dan memahami apa yang terjadi maka semua hal yang terjadi hanya akan menjadi tayangan iklan yang berjalan lalu dilupakan dan tak berfaidah apapun juga.

Betapa rugi seorang manusia yang berjalan berlama lama menjelajah rasa dan dunia tanpa belajar dan merenunginya menghayati kuasa tuhan dan hikmah tuhan yang diukir didalamnya.

Selama di pondok kyai kami selalu berpesan, apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar dan apa yang kamu rasakan adalah pendidikan. Maka bacalah, bacalah, dan bacalah!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline