Mohon tunggu...
Zakiya Rahmawati
Zakiya Rahmawati Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

saya adalah mahasisiwi jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Darussalam Gontor

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Falsafah Walang

28 Februari 2021   22:46 Diperbarui: 28 Februari 2021   23:25 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini adalah falsafah pondok yang sering sekali diujarkan. Suatu falsafah yang diambil dari binatang walang yang terlihat membuka mata lebar lebar, namun sejatinya dalam keadaan yang tak melihat apa apa.

Falsafah ini benar benar menohokku sebagai manusia yang masih ingin bertahan melawan arus kehidupan. Falsafah ini benar benar ditanam semenjak kami masih kelas 1 KMI atau setara dengan kelas 1SMP. Tapi mungkin karena usiaku yang waktu itu belum cukup untuk mengerti dan menghayati makna kata kata ini, ya itu menjadi suatu hal yang hanya sambil lalu. "Jangan melek walang", begitulah ujaran yang sering didendangkan. Namun bagiku untuk bisa hidup baik di pondok dan mengikuti segala aturan yang ada hal cukup untuk aku capai. Berjalan mengikuti arus menjadi santri yang taat, baik, rajin dan bersemangat.

Namun rupanya falsafah walang baru terasa ketika aku diberi amanah menjadi seorang pengurus di rayon. Di mana saya tak hanya bertanggung jawab mendidik diri saya sendiri, melainkan bertanggung jawab mendidik dan mengurus para anggota rayon. Namun maha suci Allah yang tidak mau membiarkanku dalam kelalaian yang berkepanjangan. 

Waktu itu di kelas 4 KMI, ketika aku mulai diberi amanat untuk menjadi pengurus kelas 4, maka aku mulai tersadar sepanjang masa belajar, ada satu hal yang mungkin kurang saya pahami. Dan itu adalah kesadaran dalam berbuat dan menyadarkan diri, hati, serta pikiran dengan berbagai perbuatan dan kegiatan yang terlihat dan terjadi.

Begitu dalamnya makna falsafah walang yang selama ini hanya berjalan sambil lalu dipikiranku selama 3 tahun lamanya. Akhirnya aku tersadar bila kita hanya berjalan, melihat dan mendengar juga merasakan tanpa menghayati dan memahami apa yang terjadi maka semua hal yang terjadi hanya akan menjadi tayangan iklan yang berjalan lalu dilupakan dan tak berfaidah apapun juga.

Betapa rugi seorang manusia yang berjalan berlama lama menjelajah rasa dan dunia tanpa belajar dan merenunginya menghayati kuasa tuhan dan hikmah tuhan yang diukir didalamnya.

Selama di pondok kyai kami selalu berpesan, apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar dan apa yang kamu rasakan adalah pendidikan. Maka bacalah, bacalah, dan bacalah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun