Lihat ke Halaman Asli

Zainur Ridho

Mahasiswa

Review Jurnal: The Normalization of Turkey-Saudi Arabia Relations in the Erdogan Era: Strategic Interests and International Responses

Diperbarui: 21 Juli 2025   12:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Identitas Jurnal

Judul: The Normalization of Turkey--Saudi Arabia Relations in the Erdogan Era: Strategic Interests and International Responses

Penulis: Muhammad Hayyi' Lana Alkhan, Ahmad Fauzi, Aning Kesuma Putri

Institusi: Universitas Bangka Belitung

Jurnal: Center of Middle Eastern Studies (CMES), Volume 18, Nomor 1, Tahun 2025

DOI: https://doi.org/10.20961/cmes.18.1.97112

Judul jurnal ini membawa pembaca pada sebuah topik yang sangat relevan dalam dinamika politik Timur Tengah: normalisasi hubungan antara Turki dan Arab Saudi pada masa kepemimpinan Recep Tayyip Erdoan. Ditulis oleh Muhammad Hayyi' Lana Alkhan, Ahmad Fauzi, dan Aning Kesuma Putri dari Universitas Bangka Belitung, artikel ini menawarkan narasi yang padat namun tetap mudah diikuti mengenai bagaimana dua negara yang sebelumnya tegang dapat merapat kembali dalam kerangka kepentingan strategis.

Yang menarik sejak awal adalah bagaimana penulis tidak hanya melihat normalisasi sebagai suatu proses politis semata, tetapi juga menempatkannya dalam konteks yang lebih luas: ekonomi, keamanan, bahkan ideologi. Pembaca diajak untuk memahami bahwa hubungan bilateral bukan hanya urusan diplomatik, melainkan juga refleksi dari kalkulasi kepentingan yang sangat kompleks.

Artikel ini dibuka dengan latar belakang historis yang runut. Penulis mengulas dengan cukup detail bagaimana hubungan Turki dan Arab Saudi mengalami pasang surut dalam beberapa dekade terakhir, terutama sejak Arab Spring dan puncaknya pada kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul. Momen ini menjadi titik balik yang dramatis, yang kemudian dijadikan semacam titik tolak untuk menjelaskan mengapa normalisasi yang terjadi setelahnya dianggap begitu signifikan.

Penulis menguraikan bahwa motivasi utama dari normalisasi ini bukan karena kesamaan nilai atau ideologi, melainkan karena keduanya memiliki kepentingan strategis yang saling menguntungkan. Turki, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan menghadapi tekanan domestik, membutuhkan bantuan finansial dan investasi dari negara-negara Teluk. Arab Saudi, di sisi lain, sedang memoles citra internasionalnya demi kesuksesan proyek besar "Saudi Vision 2030," yang mengharuskannya membuka diri dan membangun hubungan pragmatis, termasuk dengan Turki yang dulu dianggap rival ideologis.

Dalam proses normalisasi ini, ada dinamika menarik soal ideologi. Turki di bawah Erdoan memang dikenal dekat dengan kelompok-kelompok Islamis seperti Ikhwanul Muslimin, sedangkan Arab Saudi cenderung anti terhadap kelompok transnasional Islam politik. Tapi jurnal ini menunjukkan bagaimana ideologi bisa dikesampingkan jika sudah berhadapan dengan kebutuhan ekonomi dan stabilitas kawasan. Penulis menyebut ini sebagai bentuk pragmatisme politik, yang menjadi tulang punggung normalisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline