Lihat ke Halaman Asli

Dwi nurazizah

Mahasiswa

"SEL" dalam Perkembangan "Sosem"

Diperbarui: 26 Maret 2020   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebuah proses pembelajaran anak usia dini tidak tergantung pada kemampuan kognitif tetapi dapat dipengaruhi oleh perkembangan sosial emosionalnya yang berpengaruh terhadap tingkah laku anak pada lingkungan sekitar. Sosial emosial dapat kita kembangkan melalui sosial emotional learning atau sering biasa disebut SEL. Social emotional learning merupakan sebuah proses pengembangan untuk mengembangkan keterampilan dan sikap nilai yang diperlukan untuk mendapatkan kompetensi sosial emosional sebagai modul anak untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar. 

Social emotional learning dapat dijadikan sebagai pondasi atau dasar penanaman keterampilan pendidikan anak. Kompetensi pengembangan dalam sosial emosional ada 4 yaitu self awaraness (kesadaran diri), self management (pengelolaan diri), social awaraness (kesadaran sosial), responsible decision making dan relationship management. Social emotional learning sangat penting dalam mengembangkan pendidikan karena dapat membangun keterampilan dasar anak yang akan tumbuh pada tertanamnya sifat terpuji. 

Terdapat beberapa metode yang dapat mengembangkan keterampilan tersebut seperti; bermain, modeling, story telling,  singing, drama komedi. Bermain secara tidak langsung dapat menumbuhkan keterampilan anak secara tidak sadar mereka berpikir inovatif, kreatif dan imajinatif. Mereka akan mulai berinisiatif meskipun masih membutuhkan dorongan dari orang tua tetapi hal tersebut sangat membantu anak dalam  cara berpikir mereka. 

Perkembangan sosial emosional kaitanya sangat erat dengan interaksi sosial. Jika komunikasi dengan orang lain terjalin baik maka akan baik pula perkembangan sel nya. Tetapi jika komunikai dengan orang lain tidak baik maka akan terjadi perkembangan yang tidak optimal. Mayoritas orang tua kurang memperhatikan interaksi anak karena mereka kurang memahami bahwa perkembangan sosial emosional anak sangat berbeda pada tiap-tiap individu. 

Menurut Soemariati (2015) karakteristik perkembangan sosial emosional dalam Nurjannah (2017;53) yaitu anak memiliki dua atau tiga teman yang sering berganti, kelompok bermain cenderung berganta-ganti karena kelompok mereka yang kekurangan personil, anak akan mudah bermain dengan orang yang lebih besar dibandung dengan yang seumuran. Karena menurut mereka bermain dengan orang yang lebih tua darinya adalah sesuatu hal yang seru dan menyenangkan.

Mereka tidak akan merasa bosan dengan yang mereka lakukan karena memang lebih menarik dengan orang yang lebih besar dengan mereka. Karena menurut mereka, orang yang besar mengerti apa yang kita maksud. Bukan berarti para orang tua tidak memberikan keluasaan aktivitas nerka. 

Pada dasarnya, orang tua akan lebih berhati-hati dan terus mendorong anak tersebut agar mampu memiki sifat yang baik. Tidak hanya baik tetapi juga mengerti apa yang kita inginkan. Para orang yang besar mereka mengalah dan menolak keinginan mereka  sendiri hanya untuk memenuhi apa yang telah kita inginkan. Jadi,social emotional learning penting dalam proses penumbuhan jati diri mereka yang akan menentukan masa depan mereka ke arah yang lebih sukses.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline