Kepemimpinan Transformasional: Gaya Kepemimpinan Sri Mulyani Indrawati

Secara umum, kepemimpinan direfleksikan sebagai proses memengaruhi orang lain di mana pengaruh tersebut sengaja diberikan untuk membimbing, menyusun, serta memfasilitasi kegiatan dan hubungan pada suatu kelompok atau organisasi. Hal ini juga sejalan dengan definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh Rauch dan Behling (1984). Mereka berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan proses memengaruhi kegiatan di dalam kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan. Kemudian, definisi yang dikemukakan House et al. (1999) juga tidak jauh berbeda dari definisi kepemimpinan sebelumnya. Mereka mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan individu untuk memengaruhi, memotivasi, dan melibatkan orang lain untuk berkontribusi terhadap efektivitas dan kesuksesan organisasi. 

Tedapat beberapa model kepemimpinan, salah satunya teori kepemimpinan transformasional. Ciri khas dari teori ini adalah bagaimana kemampuan pemimpin dalam menginspirasi dan memotivasi pengikutnya sehingga mereka dapat mencapai lebih dari apa yang mereka kira. Bernard M. Bass (1985), mengadopsi karya James MacGregor Burns (1978), mengungkapkan bahwa terdapat 4 ciri para pemimpin transformasional dalam memotivasi pengikutnya, diantaranya idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consederation.

Salah satu tokoh publik yang menerapkan teori kepemimpinan transformasional adalah Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang diimplementasikannya yang menuai banyak pengaruh positif. Sebagai contoh, pada saat menghadapi pandemi covid-19, beliau bekerja sama dengan menteri lainnya untuk melakukan perubahan anggaran perekonomian negara. Output dari kerja sama tersebut adalah diterbitkannya Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020, saat ini menjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, yang memperbolehkan defisit menjadi 6,4%. Keberaniannya dalam membuat keputusan dan mengambil berbagai risiko berorientasi pada keuntungan yang nantinya dapat dirasakan oleh orang lain, terutama masyarakat Indonesia. Selain itu, hal yang menurutnya juga turut dipertimbangkan adalah bagaimana caranya untuk konsisten pada keputusan akhir yang telah disetujui sejak awal.

Sri Mulyani berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan sejatinya setara. Hal ini dibuktikannya dengan keikutsertaan dan keaktifannya dalam berbagai organisasi, serta penghargaan-penghargaan yang diraihnya, baik domestik maupun internasional. Secara tidak langsung, hal ini tentunya dapat menginspirasi para pengikutnya untuk mengembangkan diri lebih baik lagi dan juga mencerminkan karakteristik pemimpin yang ada di dalam teori kepemimpinan transformasional.

Referensi:

Al Sulaeman, H. A. N., Lutfiani, D. N., Deswita, S. A., & Trysnio, L. E. (2024). PERAN GAYA KEPEMIMPINAN SRI MULYANI INDRAWATI DALAM UPAYA PERWUJUDAN STABILITAS KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Jurnal Media Akademik (JMA), 2(5).

Putri, R. A. (2014). Minister of Finance Leadership Sri Mulyani Indrawati, SE, M. Sc., Ph. D Plt. Coordinating Minister for Economic Affairs of the Republic of Indonesia. Queensland Law Journal, 33(2), 357-366.

Slamet, Kuwat. (2024). KEPEMIMPINAN. Tangerang Selatan: Politeknik Keuangan Negara STAN.

Yukl, Gary A. (2013). LEADERSHIP IN ORGANIZATIONS EIGHT EDITION. New York: Pearson.