Lihat ke Halaman Asli

Zafira Hadhiyanti

Stay curious

Alasan Kenapa Kita Suka Menunda atau Prokrastinasi dan Bagaimana Cara Mengatasinya

Diperbarui: 21 Maret 2021   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2021 Zafira Hadhiyanti-Ilustrasi Pribadi

Jika kamu sering menunda-nunda tugas penting dengan pekerjaan yang mungkin bisa dilakukan setelahnya, seperti menata baju di lemari, ataupun menata benda yang sebenarnya tidak berantakan. Dengan melakukan hal tersebut kamu bukannya malas, jelas menata baju membutuhkan fokus dan tenaga didalamnya, hal itu dinamakan procrastination atau prokrastinasi. Merasa sibuk padahal tidak produktif, dengan menghabiskan hari-hari melakukan hal-hal yang dapat terselesaikan dengan cepat, tetapi bukan hal yang terbaik untuk menggunakan waktu.

Apasih yang Dimaksud Procrastination atau Prokastinasi?

Prokrastinasi sudah menjadi masalah abadi, pada jaman Yunani kuno filsuf seperti Socrates dan Aristoteles mengembangkan hal ini dengan nama Akrasia yaitu melakukan sesuatu yang bertentangan dengan penilaian kita yang lebih baik. Singkatnya penundaan atau kurangnya pengendalian diri.

Lalu Kenapa Kita Sering Terjebak Dalam Tindakan Prokrastinasi?

"Penundaan adalah masalah pengaturan emosi, bukan masalah manajemen waktu," kata Dr. Tim Pychyl, profesor psikologi dan anggota Kelompok Riset Penundaan di Universitas Carleton di Ottawa.

Prokrastinasi bukanlah ketidakmampuan untuk mengatur waktu, tetapi cara untuk mengatasi emosi yang menantang dan suasana hati negatif yang disebabkan oleh tugas-tugas tertentu, seperti kebosanan, kecemasan, frustrasi, kebencian, keraguan diri, dan sebagainya.

Masalah utamanya bukan dalam melakukan tugas tersebut, tetapi dalam memulainya. Tindakan menunda-nunda dikarenakan ada pikiran-pikiran bahwa tugas tersebut sulit, tidak menyenangkan dan membosankan padahal kita belum memulai mengerjakannya, sehingga kita lebih memilih melakukan hal lain yang lebih mudah dan memberikan kepuasan dalam waktu singkat seakan-akan tugas utama kita selesai.

Selain itu, Penelitian psikologi perilaku telah mengungkapkan sebuah fenomena yang disebut "time inconsistency". Ketidakkonsistenan waktu mengacu pada kecenderungan otak manusia untuk menghargai instant reward lebih tinggi daripada future reward.

Untuk memahami hal ini, kita membagi diri kita menjadi dua bagian yaitu "Present Self (diri kita saat ini)" dan "Future Self (diri kita dimasa depan)". Contohnya, ketika mempunyai tujuan untuk mengurangi berat badan ataupun belajar bahasa baru. Hal ini adalah rencana untuk Future Self, tetapi Present Self merasa itu bukanlah tugas yang perlu dilakukan saat ini, karena Future Self yang akan melakukannya. Padahal tindakan yang diambil oleh Present Self saat ini berpengaruh terhadap masa depan yang berkaitan dengan Future Self

Jadi, Future Self dengan Present Self seringkali berselisih satu sama lain, Future Self ingin memiliki tubuh yang sehat dan ideal tetapi Present Self tetap memakan gorengan dan minum minuman manis karena rasanya yang enak. Padahal kita tahu makan sehat hari ini dapat menghindari kelebihan berat badan di 10 tahun yang akan datang, tetapi konsekuensi seperti peningkatan resiko diabetes dan gagal jantung masih bertahun-tahun lagi.

Lalu Bagaimana Cara Menangani Prokastinasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline