Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Arifin

Kawula Alit

Aku Najis Mughallazah

Diperbarui: 25 Maret 2019   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku Najis Mughallazah
(Fiksi Ilmiah)

By: Kang Zae


Berbagai kisah, terjadi di sekitar kita. Mungkin sama dengan yang Anda alami. Bisa jadi berbeda. Semoga bisa jadi nasihat. Agar hidup bisa seimbang. Antara sesama manusia, bahkan dengan lingkungan binatang dan tumbuhan.

Tokoh dalam cerita fiksi ini Zae, Enal, Arif, dan Ifin. Jika Pembaca bernama sama, atau punya tetangga, saudara, kenalan seperti nama-nama tersebut, mohon maaf. Bukan suatu kesengajaan dan tidak ada niat untuk menyinggung.

Zae adalah seorang menantu Pengasuh Pondok Pesantren X. Kealimannya sungguh melebihi yang lain di kampungku. Dia mondok puluhan tahun. Sempat menjadi lurah pondok,
dan Ketua Tim Bahtsul Masail Pesantren. Bahtsul Masail merupakan Komunitas Ahli bidang pembahasan dan mencari solusi masalah-masalah agama. Juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar sesuai dengan kaidah-kaidah agama.

Sehingga pantas, jika Mbah Kiai X memilih Dia sebagai menantu. Juga pantas dipanggil Gus Zae.

Namaku Enal. Orang biasa. Masyarakat umum yang kebetulan hidup satu kampung dengan Gus Zae. Pekerjaanku seadanya, kadang di sawah, kuli bangunan, sempat jualan pentol dekat pesantren. Jika musim tidak ada orang yang menyuruh, aku berlama-lama di tepi sungai. Ya, untuk mancing ikan air tawar.

Arif adalah alumni, pesantren mertua Gus Zae. Dia menikah dengan santri putri seangkatan. Yang juga pernah mondok di Pesantren X. Saat ini hidup di kampungku. Pada waktu sore, dimintai bantuan untuk menjadi ustaz di Madrasah Diniyah Pesantren X. 

Ifin merupakan salah satu Ustaz di Pesantren X. Dia juga tetanggaku. Tiap sore dan malam hari membantu mengajar santri. Berbagai kajian agama. Bahasa Arab, Fiqih, Tarikh, Adab, dan lain-lain.

****

Setiap pagi atau sore hari, aku (Enal) melakukan kegiatan rutin. Bersih-bersih halaman rumah. Daun-daun berguguran, aku kumpulkan di tempat sampah. Kadang aku biarkan membusuk. Sesekali aku bakar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline