Lihat ke Halaman Asli

Yayuk CJ

TERVERIFIKASI

Pembalap Baru

Di Antara Rel dan Halaman Buku

Diperbarui: 14 Mei 2025   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca buku di kereta, kebiasaan yang mengasyikkan - Foto: Mahendra Novian Wijaya 

Kereta api, buku, dan waktu yang berjalan pelan di antara laju kereta api di atas rel merupakan perpaduan yang harmoni saat bepergian dengan berkereta. Dahulu, pemandangan harmoni di atas kereta seperti ini bukanlah hal yang langka.

Sering terbersit kenangan yang hangat dari masa-masa ketika orang masih gemar membuka halaman demi halaman buku sembari sesekali memandang sawah, bukit, dan desa-desa yang berkelebat lewat jendela. 

Dalam diam yang bergoyang ritmis, cerita dalam buku seakan hidup dan berpadu dengan irama perjalanan. Hingga kini, kebiasaan ini masih menjadi bagian dari hidupku.

Masih lekat dalam ingatan, di pertengahan Desember 2016 ketika aku melakukan perjalanan ke Yogyakarta bersama temanku, aku mampu menghabiskan isi novel di atas deru rel kereta api Malabar di sepanjang perjalanan.

Kenangan perjalanan tahun 2016 - Dokumentasi pribadi 

Saat itu kami berangkat sore hari. Sejak kami duduk di atas seat, kami ngobrol ngalor ngidul hingga jam makan malam tiba. Selepas itu temanku memilih untuk mencorat coret tabletnya untuk membuat sketsa dan desain proyeknya. Aku pun tenggelam dalam sebuah novel yang paginya aku beli ketika belanja persiapan perjalanan ini. Sudah menjadi kebiasaan, sebelum bepergian ke mana saja, apalagi dengan kereta api, aku selalu membeli buku baru dan kubaca sepanjang perjalanan pergi dan pulang.

Ruang Kontemplasi 

Kupilih dua novel: "Sinta Obong" karya Ardian Kresna dan "Hujan" karya Tere Liye. Membawa novel baru sudah merupakan kebiasaan ketika hendak pergi melancong. Dan membawa buku-buku saat naik kereta api bukanlah beban. Justru itu jadi bekal utama, lebih penting dari camilan atau headset.

Membaca di kereta menghadirkan ruang kontemplasi: tidak tergesa, tidak terganggu notifikasi, dan selalu ada jeda untuk merenung. Suara roda besi dan peluit kondektur menjadi latar suara alami yang tak mengganggu, justru menjadi hal yang menenangkan.

Menjadi Langka

Di era digital saat  ini, banyak orang lebih suka menunduk pada layar ponsel daripada menikmati pemandangan sekitar. Namun, aku masih memilih membaca buku fisik karena ada kenyamanan tersendiri saat merasakan tekstur kertas dan aroma khas buku. 

Membaca dari layar memang seringkali membuat mata lelah dan kepala pening, sehingga buku fisik tetap menjadi pilihan yang lebih nyaman bagiku. Selain itu, ada sesuatu yang spesial saat membaca buku fisik, terutama saat melakukan perjalanan, karena aroma dan tekstur buku dapat menyatu dengan irama perjalanan. Menandai dan mencorat-coret beberapa halaman istimewa merupakan kesukaanku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline