Lihat ke Halaman Asli

Seribu Alasan Dekan FEBI UINSA: Hadir Kalau Untung, Hilang Kalau Tak Penting

Diperbarui: 23 September 2025   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ormawa febi uinsa

Surabaya -- Kekecewaan mendalam tengah menyelimuti organisasi mahasiswa (Ormawa) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Ampel Surabaya. Pasalnya, dekan fakultas, Dr. Sirajul Arifin, S.Ag., S.S., M.E.I., dinilai kerap mengabaikan undangan resmi kegiatan mahasiswa dengan berbagai alasan yang terdengar klise.


Sudah menjadi rahasia umum, hampir setiap undangan dari SEMA, DEMA, maupun Himaprodi FEBI selalu berakhir dengan jawaban penolakan. Mulai dari dalih rapat mendadak, agenda mendesak, hingga alasan sepele lain yang dinilai mahasiswa sebagai "seribu alasan" untuk menghindar.


Ironisnya, sikap itu justru berbanding terbalik ketika menyangkut organisasi binaannya sendiri atau kegiatan eksternal yang kerap tak jelas manfaatnya dalam bidang akademik mahasiswa FEBI. Untuk kepentingan semacam itu, sang dekan bahkan rela meninggalkan agenda rektorat sekalipun.


"Setiap kali kami mengundang, selalu ada alasan. Padahal kegiatan Ormawa adalah implementasi langsung Motto tiga kaki FEBI. Rasanya tidak adil kalau dekan lebih rajin hadir di luar, tapi absen di rumahnya sendiri," ungkap salah satu pengurus Ormawa.
Mahasiswa menilai, sikap pilih kasih tersebut mencerminkan adanya jarak serius antara pimpinan dan mahasiswa. Ormawa seolah dianggap anak tiri yang tak punya nilai strategis, sementara kehadiran dekan lebih sering ditentukan oleh kepentingan pribadi atau nilai manfaat sesaat.

Bahkan, janji-janji hasil audiensi dengan mahasiswa pun terbukti hanya manis di bibir. Kesepakatan yang sudah dibuat tidak pernah dijalankan. Ketika diminta menandatangani surat komitmen, Dr. Sirajul Arifin berdalih soal bahasa yang tidak enak, meminta revisi, namun tetap menolak membubuhkan tanda tangan. Bagi mahasiswa, sikap ini bukan sekadar mengabaikan, tetapi juga melecehkan marwah organisasi mahasiswa.

Padahal, Ormawa adalah ruang belajar nyata di luar kelas, tempat karakter ditempa, kepemimpinan diuji, dan gagasan lahir. Ketidakhadiran dekan dalam kegiatan mahasiswa bukan sekadar kursi kosong, melainkan simbol abainya kepemimpinan terhadap pembinaan generasi FEBI.

Kini, pertanyaan besar pun menyeruak: ada kepentingan apa sebenarnya yang membuat dekan lebih betah di luar ketimbang bersama mahasiswanya sendiri? Apakah mahasiswa tak lagi dianggap bagian penting dari fakultas, atau sekadar pelengkap nilai akreditasi?
Tiga Kaki FEBI akademis, aktivis, spiritualis yang kerap digembar-gemborkan, kini dinilai mahasiswa hanya indah di tulisan saja tapi kosong penerapannya.

Jika kondisi ini terus berlanjut, jangan salahkan bila mahasiswa menilai salah satu motto itu telah pincang, bahkan nyaris tumbang.
Pada akhirnya, mahasiswa hanya bisa bertanya: FEBI ini sebenarnya untuk siapa? Untuk mahasiswa, atau untuk agenda lain yang tak pernah jelas manfaatnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline