Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

"Kebelet" Menjadi Pemimpin, Jangan Mengambil Kekuasaan Secara Pribadi

Diperbarui: 14 Agustus 2021   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang CEO komunikasi via HP|Sumber:brinknews.com

Don't take power personally - Richard L Daft

Banyak orang ingin menjadi pemimpin dan berada di puncak sebuah organisasi, tidak hanya mau,  tetapi ingin banget tak tertahankan seakan sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Dan Anda sudah bisa menduga, kalau kebelet ini sudah datang, segala cara akan dilakukan demi mewujudkannya.

Betul, akhir-akhir ini, pemberitaan rame sekali sejumlah tokoh ingin menjadi RI-1, menjadi Presiden negeri ini. Walaupun agendanya di tahun 2024 nanti, tetapi sekarang para tokoh ini sudah tampil seakan sudah menjadi orang nomor satu di dalam republik ini.

Ini tidak salah, dan sah-sah saja, bukan ?! Tetapi, ketika niat yang sudah memuncak tidak bisa dikendalikan lagi oleh diri sendiri, maka umumumnya hasilnya tidak baik, mengecewakan dan bahkan menjadi "dagelan" publik yang menyakitkan.

Bijaksana bila merenungkan nasehat pakar kepemimpinan agar mampu mengelola 'kebelet" menjadi pemimpin. Richard L. Daft (2018) mengatakan, "do not take power personally" - jangan merebut kekuasaan itu secara pribadi, demikian salah satu sub judul dalam buku teksnya The Leadership  Experiennce yang dipakai secara global.

Semua pemimpin dan calon pemimpin harus menyadari makna dan pesan ini agar terhindar dari bahaya dan kekacauan yang potensi terjadinya akan sangat tinggi, dan bisa merugikan banyak pihak untuk waktu yang panjang.

Pertama, menjadi seorang leader harus melibatkan banyak orang sebagai follower, stake holders, lingkungan baik yang dekat maupun yang luas, orang atau lembaga yang sudah ada bahkan yang akan ada, semua terkait dengan peran dan kiprah seorang pemimpin dalam organisasi.

Kehadiran seorang pemimpin akan membawa dampak bagi kehidupan orang lain, karena sesungguhnya, peran pemimpin itu adalah membawa dan membuat perubahan, dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang tertinggal menjadi maju, dari miskin menjadi kaya yang semuanya dikemas dalam tujuan, visi dan misi serta target yang harus diwujudnyatakan secara seksama.

Kedua, kepemimpinan itu menjadi kesempatan untuk menggunakan segala kekuatan dan pengaruh demi mewujudkan tujuan ortganisasi, tetapi kekuasaan juga ada kecenderungan disalahgunakan. Dan ketika kekuasaan salah digunakan maka akan melukai dan menyakiti orang lain.

Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan pada dasarnya adalah demi kepentingan sendiri dan ataupun kepentingan kelompoknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline