Lihat ke Halaman Asli

Dr. Yupiter Gulo

TERVERIFIKASI

Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

Loyalitas Karyawan Tidak Bisa Dibeli

Diperbarui: 23 Januari 2019   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi (Shutterstock) | Kompas.com

Seorang karyawan memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja yang sudah dijalaninya selama 15 tahun dengan posisi jenjang manajerial yang sangat penting dan strategis.

Sebagai seorang manajer, dia memiliki kompensasi yang sangat baik dengan fasilitas yang termasuk sangat kompetitif bahkan termasuk mewah. Dia juga telah dan terus mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan yang sangat menunjang pekerjaannya sebagai seorang manajer dalam perusahaan.

Lalu, mengapa dia harus keluar dari pekerjaannya itu? Apakah dia sudah tidak loyal lagi kepada perusahaan tempat bekerjanya? Atau masih merasa kurang kompensasi dan fasilitas serta kesempatan pengembangan yang dinikmatinya?

Si Karyawan ini memberikan penjelasan sederhana bahwa dia bukan tidak loyal pada perusahaannya. Juga merasa beruntung karena mendapatkan kompensasi yang sangat baik dan fasilitas yang sangat memadai. Tetapi, satu hal yang menurut dia sangat mendasar dalam hidupnya untuk bekerja adalah karena bosnya sangat tidak baik dalam memperlakukannya dalam bekerja. Semula dia berusaha bertahan, tetapi lama kelamaan tidak kuat karena sacara moral selalu tidak mendapatkan apresiasi dari pimpinannya dalam setiap capaian yang dikerjakan.

Kejadian diatas merupakan sisi lain yang banyak pimpinan perusahaan tidak memahami dalam mengelola dan mempertahankan karyawannya. Nampak dengan jelas bahwa kompensasi yang tinggi dan fasilitas yang mewah bukan jaminan 100% karyawan tidak keluar dari perusahaan. Tetapi, yang dibutuhkan oleh setiap karyawan agar setia pada perusahaan adalah perlakuan yang baik oleh pimpinan.

Richard Branson mengatakan bahwa karyawan meninggalkan perusahaan bukan karena mereka tidak terampil dalam bekerja tetapi karena mereka diperlakukan tidak baik oleh pimpinannya.

Mengapa masih ada pimpinan yang memperlakukan karyawannya tidak baik? Nampaknya, ini adalah paradigma lama yang masih dimiliki oleh banyak pimpinan dalam mengelola dan memimpin karyawannya.

Mindset tradisional menempatkan karyawan itu sekedar sebagai salah satu faktor produksi, sama dengan faktor lainnya, seperti bahan baku, mesin, uang maupun teknologi. Dengan paradigma demikian, karyawan tidak dianggap sebagai aspek penting dalam memberhasilkan pencapaian tujuan perusahaan.

Zaman sudah berubah, teknologi sudah bertumbuh dan berkembang dengan sangat maju, dan pemahaman arti penting dari karyawan juga sudah berubah.

Pertama, karyawan berbeda dengan faktor produksi lainnya, sehingga tidak disebut lagi sebagai tenaga kerja tetapi human resources, sumber daya manusia. Kedua, karyawan itu manusia yang mengelola faktor produksi lainnya. Ketiga, karyawan itu tulang punggungnya suatu organisasi. Keempat, karyawan itu memiliki berbagai dimensi yang harus dikelola, tidak saja aspek pengetahuan dan keterampilannya, tetapi juga memiliki aspek psikologis dan spiritual.

Dengan demikian, keberhasilan perusahaan sangat tergantung dari yang namanya karyawan itu. Sebab karyawan adalah ujung tombak organisasi apapun, yang pada akhirnya, orang-orang dalam perusahaanlah yang membuat perusahaan sukses.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline