Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah “rasa kecewa yang mendalam karena tujuan yang dikehendaki tidak kujung terlaksana”.Contohnya seperti ini, apabila seorang siswa atau mahasiswa melakukan suatu kegiatan, umpamanya mengikuti ujian akhir semester, dan ternyata lulus (tercapainya tujuan yang diinginkan atau diharampakan), maka dia akan merasan puas dan bahagia. Tetapi apabila ternyata kegiatannya itu tidak mencapai tujuan yang diharapkan (ujian kahirnya tidak lulus), maka ia akan kecewa.
Kegagalan individu dalam mencapai tujuan atau keinginanannya akan menyebabkan kekecewaan dalam diri individu tersebut. Jika kekecewaan tersebut terjadi berulang-ulang dan menganggu keseimbangan psikisnya, baik emosi maupun tindakannya, berarti indvidu tersebut sudah berada dalam situasi frustasi. Adapun sumber yang menyebabkan frustasi, mungkin berasal atau berwujud dari manusia, benda, peristiwa, keadaan alam dan sebagainya.
Reaksi setiap individu terhadap frustasi yang dialaminya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, serta perbedaan kultural dan nilai-nilai agama yang dianutnya. Perbedaan reaksi individu terhadap frustasi itu, dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukannya. Ada yang menghadapinya secara rasional, tetapi ada juga yang menghadapinya terlalu emosional, yang terwujud dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang salah suai (maladjustment). Adapun wujud dari cara-cara individu dalam mereaksikan frustasi itu, diantaranya adalah sebagai berikut.
- Agresi Marah (angry agression)
- Akibat tujuan yang ingin dicapainya mengalami kegagalan, individu menjadi agresif, marah-marah dan merusak, baik terhadap dirinya sendiri maupun pada sesuatu yang diluar dari dirinya. Agresi in bisa berwujud verbal (marah-marah), atau non-verbal (seperti membanting pintu, memecahkan atau merusak barang-barang dan memukul).
- Bertindak secara Eksplosif (mudah meledak)
- Yaitu dengan jalan melakukan perbuatan yang eksplosif, baik dengan perbuatan jasmaniah maupun dengan ucapan-ucapan. Setelah keluar dan terkuras unek-uneknya semua, biasanya individu itu merasa ketegangan dalam dirinya itu berkurang atau menghilang (katarcis = tention reduction).
- Dengan cara Introversi (bersifat tertutup)
- Yaitu dengan cara menarik diri dari dunia nyata, dan masuk kedalam dunia khayalan. Dalam dunia khayalan itu, dia membayangkan seolah-olah tujuan atau keinginananya itu sudah tercapai. Istilah lain untuk reaksi ini adalah melamun (day dreaming). Jika individu sungguh-sungguh mempercayai yang dikhayalkannya itu merupakan kenyataan, maka akibatnya akan timbul wahan atau delusiyang seringkali diikuti oleh halusinasi.Apabila individu benar-benar sudah lepas dari dunia nyata, lama-kelamaan introversi akan berubah menjadi autisme.
- Perasaan Tidak Berdaya (helplessness)
- Reaksi ini menunjukan sikap tidak berdaya, patah hati, pasif dan mungkin juga menderita sakit. Reaksi ini berlawanan dengan agresi marah.
- Kemunduran (regression)
- Reaksi frustasi yang menunjukan kemunduran dalam tingkah laku, yaitu tingkah laku yang kekanak-kanakan, seperti : mengompol dan mengisap ibu jari.
- Fiksasi (fixation)
- Yaitu mengulang kembali sesuatu yang menyenangkan. Dapat juga diartikan sebagai kemandegan dalam perkembangan berikutnya. Contohnya, ada seorang mahasiswa yang senantiasa mempertahankan dirinya dalam posisinya sebagai mahasiswa (mahasiswa abadi) dia merasa betah menjadi mahasiswa. Dia tidak mau cepat-cepat ikut ujian akhir, karena dia merasa cemas untuk menghadapi resiko yang tidak menyenangkan apabila dia telah lulus (seperti dia tidak bebas lagi untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan mencari kerja).
- Penekanan (repression)
- Yaitu rekasi frustasi dengan cara menekan pengalaman traumatis, keinginan, kekesalan atau ketidak senagan kedalam alam bawah sadar. Reaksi ini dilakukan, karena apabila hal itu dibiarkan berada di alam sadar, individu akan mengalami perasaan cemas atau perasaan yang menyakitkan.
- Rasionalisasi (rationalization)
- Yaitu usaha-usaha mencari dalih pada orang lain untuk menutupi kesalahan (kegagalan diri sendiri). Seperti mahasiswa yang mendapat nilai jelek, dia lalu berbicara kepada temannya bahwa hal itu terjadi dikarenakan dia sedang sakit (padahal sebenarnya tidak sedang sakit).
- Proyeksi (projection)
- Dalam reaksi ini, individu melemparkan sebab kegagalannya kepada orang lain atau sesuatu di luar dirinya.
- Kompensasi
- Dalam melakukan kompensasi, individu berusaha menutupi kekurangan atau kegagalannya dengan carra-cara lain yang dianggapnya memadai. Contohnya, meminum-minuman keras, menjadi pecandu narkoba, atau dengan cara berperilaku menyimpang lainnya, yang dianggap merupakan suatu kompensasi dari kegagalan dalam memperoleh keinginan-keinginannya seperti kasih sayang dari kedua orang tua, tidak lulus ujian dan putus pacaran.
- Sublimasi
- Mengalihkan tujuan pada tujuan yang lain yang mempunyai nilai sosial atau etika yang lebih tinggi. Contohnya, senang berkelahi menjadi petinju dan putus pacaran dan memutuskan menjadi perawat.
Setelah mengetahui pengertian dari frustasi, penyebab atau sumber frustasi serta reaksi setiap individu dalam menghadapi kondisi frustasi masing-masing, dapat diketahui bahwa setiap manusia memiliki konflik atau permasalahan yang berbeda-beda dan cukup kompleks, penyebab dan tingkat frustasinya pun berbeda, oleh karena itu reaksi terhadap setiap permasalah seseorangpun bereda-beda. Namun, bagaimana hendaknya dicari jalan keluar yang terbaik untuk dapat menyelesaikan setiap masalah yang ada di dalam hidup ini, dan akan lebih baik lagi jika di dalam menyelesiakan masalah disesuaikan dengan nilai dan tuntutan agama, agar memiliki pedoman dan tuntutan yang jelas dan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H