Lihat ke Halaman Asli

Anakku Resign di Masa Pandemi

Diperbarui: 16 Maret 2021   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri, bulan purnama

Aku bersedih,  istriku bersedih,  kepulangan dua anak lelaki ke rumah di masa pandemi, bukan tanpa alasan.  Keduanya  merantau, yang satu resign karena menurutnya gajinya sekarang sedikit.  Tidak  ada bonus lagi,  tidak  ada pekerjaan keluar kota dan menginap di hotel minim bintang  4, tidak  ada uang saku lagi,  tidak  ada  kesenangan lagi. 

Yang nomor dua diminta cuti,  seperti  semua karyawan lain, ada yang masih dipekerjakan kelak,  ada yang diputus kontrak  kerjanya, karena omzet  perusahaan sedikit,  imbas dari  pandemi. 

Yang mengejutkan adalah keduanya tidak  bilang kalau mau pulang,  tahu-tahu sudah ada mobil berhenti di depan rumah di dini hari,  dengan koper penuh  dengan  semua barang. 

"Ayah,  aku resign dari pekerjaan,  soalnya  capek  dah" Katanya. Aku agak kecewa dengan apa  alasannya,   capek? Ayahmu bekerja keras tak  mengenal kata capek dan lelah,  bukan menjadi kaum rebahan yang punya handphone dua,  yang satu untuk komunikasi,  yang satu untuk main game. Itu  kalimat yang hampir terucap,  apapun  yang dia pilih,  tetapi resign di masa pandemi menurutku sama sekali tidak tepat,  berapa banyak yang kehilangan pekerjaan,  sementara  yang punya pekerjaan lumayan  malah melepaskannya begitu rupa. 

Berhari-hari suasana muram,  tiap hari aku berfikir kenapa  dia  harus resign di masa sulit ini.  Aku berfikir  tuntutan anakku terlalu tinggi,  meski gajinya lumayan,  tetap  saja tidak puas,  yang sayangnya dibelikan segala sesuatu hanya untuk menuruti pacarnya. 

Sekarang ini anak lelaki sulung sudah dijauhi pacarnya  karena melepaskan pekerjaan,  dia nampaknya santai saja. 

Tiap hari pekerjaannya  nongkrong di  sebuah working space yang bertebaran di dekat rumah,  entah apa yang dilakukannya sendirian. 

Satu setengah bulan berada di rumah,  dia membuat kami terkejut, suatu sore. 

"Ayah,  setengah bulan lagi aku akan berangkat,  jangan marah kalau aku resign pekerjaanku,  aku ingin mendapatkan sesuatu yang lebih " Katanya. 

"  Apa itu nak?   ini masa sulit,  seharusnya kamu pikir ulang untuk resign,  orang di luar sana kehilangan  pekerjaan,  sementara  kamu melepaskan  posisi  yang terbaik saat ini" Kataku.  

"Ayah aku sedang menghubungi agen yang mengurus visaku,  setengah bulan lagi aku akan berangkat" 

" Tolong jelaskan.. "

"  Aku diterima  kuliah Master di Denmark ayah,  aku juga sudah menabung "

Aku tak bisa  bicara lagi 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline