Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Garam, Beras dan Data dalam Interaksi Invisible Hand

Diperbarui: 30 Juli 2017   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Proyeksi adalah langkah pengukuran yang didasarkan atas asumsi spesifik. Ketika ilmu berkembang dan teknologi semakin menjangkau seluruh perilaku hidup kita, maka proyeksi sebagai bentuk estimasi prediksi semakin presisi.

Reduksi atas tingkat margin of error terjadi secara drastis, sehingga peramalan atas suatu kondisi yang dapat dikalkulasi menjadi lebih terkelola. Diera digital, basis data serta konsolidasinya menjadi hal yang sangat vital, khususnya bagi para pengambil kebijakan.

Abad informasi dan teknologi memudahkan terjadinya pertukaran data. Penguasaan serta pengolahan akan data yang secara acak tersebar didunia maya tersebut, kini menjadi sebuah keunggulan. Penjuru nusantara terhubung dalam konektivitas komunikasi, dan data berserak layaknya banjir informasi dikenal sebagai big data.

Problem data adalah persoalan klasik dan fundamental. Bahkan untuk menentukan besaran populasi di negeri ini sekalipun, terbilang sulit untuk ditentukan dalam kriteria yang rigid, bahkan sinkronisasi data nampak terpisah dan semua lembaga mengemukakan hasil perhitungan versi masing-masing disetiap departemen.

Pekan ini, komoditas beras dan garam menjadi sorotan. Kisruh supply dan demand terjadi, problem utamanya tidak tersentralisasinya pangkalan data bahan pangan lokal. Ujung muaranya tentu mudah ditebak, dalam jangka pendek adalah pembukaan keran import. Tapi solusi temporal seperti ini sudah menjadi siklus berulang dan terpola.

Pemerintah tampak tidak berdaya melihat kondisi lapangan, padahal tugas dan tanggung jawabnya adalah mensupervisi kerja langsung ditingkat lapangan.

Berdayakan Peran Negara

Dalam teori ekonomi, kita mengenal istilah Invisble Hand yang dimaknai sebagai mekanisme pasar dalam pembentukan harga kesetimbangan, menjadi respon antara interaksi jumlah permintaan dan penawaran yang terbentuk secara alamiah.

Peran pemerintah ditiadakan dalam mekanisme pasar, meski sesungguhnya dititik tersebutlah pemerintah dapat memunculkan otoritasnya sebagai regulator bagi kepentingan hajat publik.

Dalam kapasitas pemerintah sebagai pelindung masyarakat, baik yang bertindak sebagai konsumen maupun produsen, maka pemerintah harus cerdik melangkah dan cermat mengambil keputusan.

Kenaikan harga garam menghasilkan kesulitan bagi konsumen, sementara itu rendahnya harga beli gabah ditingkat petani membuat masyarakat tidak tertarik mengembangkan sektor pertanian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline