Lihat ke Halaman Asli

Yuda Wicaksana Putra

Consultant of Business and Information Technology

Beli Reksadana yang Mahal atau yang Murah ?

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14017867231511516849

Sering ada persepsi beli reksadana baru yang masih murah karena nanti kinerjanya bagus dibandingkan dengan reksadana yang sudah mahal. Ini mitos yang belum terbukti kebenarannya.

Ambil contoh Panin Dana Maksimal nilai per unit 71.200 sedangkan Panin Dana Prima 3400. Sekilas Panin Dana Prima lebih murah namun belum tentu hasil investasi yang kita peroleh akan melesat melebihi yang sudah mahal. Kita bandingkan kinerja dari 2010 sd 2014 ini rata2 hampir sama. Bahkan lebih besar sedikit Panin Dana Maksima.

Yang saya tahu belum ada research yang mengatakan beli reksadana baru-baru yang murah lebih tepat. Atau persepsi kalau reksadana mahal maka MI akan melambankan kinerjanya dan fokus menggenjot produk baru mereka. Persepsi ini sering muncul namun menurut saya ini tidak benar. Ada juga yang baru dan murah kinerjanya lebih bagus dari yang lama, ada juga sebaliknya. Fokus saja pada KINERJA bukan HARGA. Beli reksadana yang lama misal lebih dari 3 tahun akan memudahkan kita melihat kinerja Reksadana dan MI nya dibandingkan yang baru.

Jadi ini hanya masalah banyaknya unit yang kita pegang saja. Misal dana kita 100jt maka unit yg kita miliki kalau beli Panin Dana Maksima 100jt/71.200=1.404 unit. Sedangkan Panin Dana Prima 100jt/3400 = 29.411 unit.

Investor tidak perlu khawatir dalam mencairkan reksadana. Karena kita bisa redemp dalam nominal kemudian tinggal dikonversi kedalam unit. Misal kita mau redemp 2jt, maka jika harga reksadana saat ini 71.200 maka itu sama dengan = 2.000.000/71.200 = 28 unit. Misal tadi kita punya 1404 – 28 unit = 1376 unit.

Nah beda dengan kita investasi tanah, nilai tanah kita 100jt kan tidak bisa diijual sebagian 10jt nya. Jadi kalau tanah punya harga murah dan unit yang banyak (yang luas) itu menguntungkan.

Kalau menengok di saham juga hampir sama. Kalau saham yang baru listing IPO biasanya melesat di awal..contoh dulu ketika VIVA diluncurkan perdana naik 33% dalam sehari…tp ya habis itu ya sama aja ikut market. Kalau di saham kita melihat harga saham itu murah atau mahal bisa melalui EPS (earning per share) atau laba per lembar saham dan PER. Ini sudah analisis fundamental. Jadi misal saham WSKT harga 720 bisa jadi lebih mahal dibanding ADHI yang 3400.

Semoga bermanfaat.
Salam

Yuda Wicaksana Putra




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline