Lihat ke Halaman Asli

Yoyo

Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

"Me Time" di Fontana de Trevi

Diperbarui: 11 November 2017   03:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fontana de Trevi. Koleksi pribadi.

Saya baru saja mengantar sekelompok turis dari Indonesia menaiki pesawat Garuda menuju pulang ke Jakarta. Perasaan saya sedang galau saat itu sehingga saya memutuskan untuk memperpanjang masa tinggal di Eropa.

Dari Bandara Schiphol, Amsterdam, saya langsung pergi ke Amsterdam Centraal, sebuah stasiun kereta api terbesar di Belanda. Di loket elektronik, saya melihat bahwa kereta yang akan berangkat adalah kereta yang menuju ke Roma. Okay, saya langsung membeli tiket ke Roma. Jadi saya memilih Roma sebagai tujuan bukan karena saya ingin pergi ke Roma. Saya hanya ingin bergerak pergi ke suatu tempat dengan segera.

Di Eropa, saya lebih suka naik kereta api daripada pesawat terbang. Kereta api di sini sangat bagus. Jalannya jauh lebih cepat dibandingkan kereta di Indonesia. Goncangannya jauh lebih halus dan suaranya hampir tak terdengar. Kereta malam di sini, buat saya malahan jauh lebih nyaman untuk dipakai tidur daripada pesawat sekalipun. Menurut komputer, total waktu perjalanan yang akan saya tempuh lebih kurang mencapai 15 jam dan 10 menit.

Dari Amsterdam Centraal, kereta api ini transit di berbagai stasiun seperti Paris Nord, Paris Gare de Lyon, Torino Porta Susa lalu barulah kereta tiba di Stazione di Roma Termini. Stasiun Roma Termini adalah stasiun kereta terbesar di Roma. Nama Tamini diambil dari nama distrik tempat stasiun itu berada.

Stasiun Roma Termini juga termasuk salah satu stasiun terbesar di Eropa. Jadi tidak heran jika stasiun ini mempunyai rute domestik ke semua kota besar di Italia dan juga layanan internasional hampir ke semua kota-kota besar di Eropa. Stasiun Termini ukurannya sangat besar, memiliki 29 peron yang tentu saja membuat stasiun ini terlihat sangat sibuk. Konon lebih dari 150 juta penumpang setiap tahun menggunakan jasa stasiun ini.

Keluar dari stasiun, saya langsung naik taxi yang banyak sekali terdapat di sana. Sebetulnya kalau mau berhemat, kita bisa saja naik bus City Tour, yaitu bus 2 tingkat yang atapnya terbuka. Bus ini akan berkeliling kota Roma dan berhenti di setiap obyek-obyek wisata penting yang terdapat di kota itu.

Di dalam bus disediakan peta kota Roma dan jas hujan plastik sederhana yang akan melindungi kita dari hujan. Semua bisa kita peroleh tanpa biaya tambahan. Di depan tempat duduk penumpang terdapat headphone di mana kita bisa mendengarkan suara rekaman guide yang akan menjelaskan tempat-tempat penting yang kita lewati. Jadi di Eropa, Anda kita tidak perlu menyewa guide kalau hanya untuk melakukan City Tour. Semua sudah difasilitasi oleh pemda.

Hebatnya lagi, kita bisa membeli tiket bus secara paket. Harganya cuma 18 Euro dan kita bisa naik bus sepuasnya tanpa bayar selama 2 hari. Tapi Anda tidak perlu kagum karena pelayanan bus City Tour ini adalah pelayanan standar yang bisa kita temui di seluruh kota-kota besar Eropa. Di Amerika pelayanan seperti ini juga ada. Sepertinya di Jakarta Pak Ahok sudah memulainya walaupun jumlahnya masih terlalu minim dan rutenya masih terlalu dekat.

"Blablablablabla....," tanya Supir taxi dalam bahasa Italia sambil menghidupkan mesin mobil.

"Speak English, please. I can't speak Italian," kata saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline