Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Menakar Nasib Garuda Muda, Setelah Piala Dunia U-20 2021 Dibatalkan

Diperbarui: 25 Desember 2020   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skuad Timnas U-19 (PSSI.org)

Setelah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, Pada Kamis, (24/12) FIFA akhirnya resmi membatalkan Piala Dunia U-20 2021 akibat imbas pandemi Corona. Sebagai gantinya, FIFA menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah turnamen yang sama di edisi 2023.

Keputusan serupa juga diambil FIFA, terkait gelaran Piala Dunia U-17 di Peru pada tahun yang sama. Seperti halnya Indonesia, Peru tetap menjadi tuan rumah pada edisi 2023.

Melihat bagaimana persiapan Timnas U-19 dan PSSI akhir-akhir ini, keputusan FIFA ini jelas menjadi kejutan kurang mengenakkan. Maklum, PSSI sudah mengirim Witan Sulaeman dkk mengikuti program pemusatan latihan di Kroasia, dan intens mencari pemain keturunan Indonesia untuk memperkuat tim.

Disebut kurang mengenakkan, karena pada tahun 2023, usia sebagian besar pemain Timnas U-19 saat ini sudah "terlalu tua", untuk ikut serta di Piala Dunia U-20, dan lebih cocok untuk kategori U-22 atau U-23.

Praktis, untuk Piala Dunia U-20 tahun 2023 mendatang, PSSI dan tim pelatih Timnas Indonesia tinggal bertumpu pada materi pemain Timnas U-16, yang saat ini diasuh Bima Sakti.

Kalaupun harus memulai dari nol, situasinya tentu akan rumit. Situasi dan kondisinya serba tak mudah akibat imbas pandemi. Apalagi, jika ada pemain keturunan Indonesia yang kembali disertakan dalam tim.

Apa boleh buat, PSSI dan tim pelatih Timnas Indonesia kini harus mulai melirik dan menyeriusi kompetisi U-16 ke bawah. Meskipun, situasinya juga tak kalah rumit, karena kompetisi sepak bola nasional sedang vakum karena imbas pandemi.

Meski kurang mengenakkan, saya justru melihat, situasi yang saat ini harus dihadapi Tim Garuda Muda, dan kesulitan lain yang sudah menunggu di depan, adalah buah dari ketiadaan sistem pembinaan usia dini yang solid. Kebiasaan PSSI yang hobi berpikir jangka pendek, membuat situasi saat ini seperti bom waktu yang meledak.

Tak tanggung-tanggung, satu generasi pemain tim nasional harus rela kehilangan pengalaman berharga di level internasional. Sedihnya, mereka naik kelas ke jenjang usia lebih tinggi, tanpa punya bekal pengalaman bertanding cukup di laga kompetitif, akibat imbas pandemi.

Andai tak ada pandemi, masalah pembinaan usia dini tentu akan dianggap PSSI sebagai angin lalu. Tak ada tindak lanjut, kecuali mengkambinghitamkan pelatih.

Praktis, selain harus tetap mempersiapkan diri menjadi tuan rumah yang baik, sepak bola nasional punya satu PR besar lain, yakni membangun sistem pembinaan usia muda yang solid dan berkesinambungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline