Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Piala Konfederasi 2017, Ajang Eksperimen FIFA

Diperbarui: 17 Juni 2017   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mulai Sabtu (17/6) sampai Minggu (2/7), FIFA menghelat turnamen Piala Konfederasi edisi 2017. Turnamen ini, akan berlangsung di kota Sochi, Kazan, Moskow, dan Saint Petersburg (Rusia). Selain merupakan turnamen geladi bersih Piala Dunia 2018, turnamen ini juga menjadi ajang eksperimen FIFA, bagi penerapan 3 aturan, dan 1 fitur perangkat pertandingan baru FIFA, yang diuji coba secara bersamaan, di turnamen kali ini.

Aturan pertama adalah, larangan memegang bola selama lebih dari enam detik bagi kiper. Sekilas, aturan ini mirip dengan aturan "5 seconds" di olah raga basket. Hanya saja, aturan ini hanya diberlakukan untuk kiper, supaya tidak mengulur-ulur waktu. Jika ini dilanggar, kiper akan dihadiahi kartu kuning, dan tim lawan akan mendapat hadiah tendangan bebas, di tempat pelanggaran terjadi. Bisa dibilang, hukuman akibat pelanggaran "6 seconds" ini mirip seperti sanksi akibat pelanggaran "back pass", yang lebih dulu diterapkan di sepak bola, dengan mengadopsi aturan serupa dari olah raga futsal.

Aturan kedua yang diuji coba FIFA, adalah penambahan waktu "injury time", sebagai pengganti waktu yang terbuang, akibat selebrasi gol, yang selama ini kurang mendapat porsi memadai, seperti saat terjadi cedera, pergantian pemain, atau insiden lain, khususnya, jika dalam suatu laga tercipta banyak gol. Dengan diterapkannya aturan ini, durasi "injury time", di akhir satu babak, pada laga dengan banyak gol yang tercipta, akan cukup lama. Aturan ini, menjadi senjata baru FIFA, untuk menutup celah potensi "time wasting" (mengulur-ulur waktu) dari selebrasi gol.

Aturan ketiga adalah, memberi kewenangan penuh kepada wasit, untuk menghentikan laga, saat insiden rasial terjadi, sampai situasi benar-benar kondusif. Jika situasi terlanjur tak kondusif, maka laga akan dihentikan. Nantinya, tim yang suporternya kedapatan melanggar, akan dikenai denda. Aturan ini, adalah implikasi dari kampanye antirasis FIFA, yang sebetulnya sudah dikampanyekan sejak lama. Hanya saja, aturan ini, baru akan coba diterapkan secara utuh, di Piala Konfederasi 2017 kali ini.

Eksperimen lain, yang akan diterapkan FIFA, adalah penggunaan "Video Assistant Referee" (VAR), yang akan membantu wasit, dan hakim garis, dalan mengambil keputusan, saat terjadinya sebuah insiden pelanggaran. Diharapkan, VAR dapat membantu meminimalkan kesalahan wasit, dan potensi terjadinya tindakan curang pemain, seperti jika pemain tersebut melakukan aksi diving. Sebelumnya, VAR sudah diuji coba, di sejumlah laga uji coba antarnegara, dan Piala Dunia U-20 edisi 2017. Piala Konfederasi, akan menjadi debut VAR, di turnamen tingkat senior.

Eksperimen-eksperimen baru FIFA, di Piala Konfederasi 2017, mungkin pada awalnya akan sedikit membuat 'kagok' para pecinta sepak bola. Tapi, rasa 'kagok' (tidak terbiasa) ini, hanya akan berlangsung sebentar, setelah itu pasti akan cepat terbiasa. Bagaimanapun, ini adalah sebuah upaya positif dari FIFA, untuk terus meningkatkan kualitas permainan sepak bola, agar semakin baik ke depannya. Akankah eksperimen FIFA ini berhasil?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline