Lihat ke Halaman Asli

Yonkqi Estomihi Panjaitan

Student in HKBP Theological Seminary

Menjadi Dewasa atau Tetap Seperti Anak-anak ? (1 Korintus 13:11)

Diperbarui: 1 Maret 2021   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Horas muda-mudi HKBP! Kita mungkin sudah sering mendengar ungkapan yang mengatakan “menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu pilihan”. Dengan kata lain ungkapan itu ingin mengatakan bahwa tiap pribadi akan pasti menjadi tua selagi dia masih hidup di dunia ini, namun belum tentu menjadi dewasa. Dalam KBBI dewasa memiliki tiga arti, dan salah satu arti dari dewasa adalah matang tentang pikiran, pandangan dan lain sebagainya.

Pertumbuhan menjadi dewasa pun oleh banyak orang sering dibagi dua, menjadi dewasa secara rohani dan menjadi dewasa secara jasmani. Namun sebenarnya keduanya saling terkait satu sama lain dan tak terpisahkan. Menjadi dewasa merupakan anugerah bagi setiap orang yang memilikinya. 

Ada tiga sifat yang disebutkan Paulus tentang dirinya saat masih anak-anak, yakni: berkata, merasa, dan berpikir. Ketiga sifat tersebut: caranya berkata-kata dalam interaksi sosial, caranya merasa dalam berbagai situasi, serta caranya berpikir dalam berbagai keadaan dapat menolong kita untuk mengetahui, apakah dia mempunyai sifat anak-anak, atau mempunyai sifat yang dewasa (setidaknya hal itu yang dikemukakan Paulus).

Ketiga sifat itu dipengaruhi/ berpengaruh pada pribadi seseorang atau sekelompok orang. Kita bisa mengingat bagaimana Allah menolong bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir. Ia menyertai mereka dalam perjalanan selama 40 tahun lamanya. TUHAN menuntun mereka dalam tiang awan pada siang hari, dan pada tiang api yang menerangi mereka pada malam hari. Begitu banyak tanda mujizat yang dilakukanNya kepada bangsa itu.

Namun apa yang dilakukan bangsa Israel selama dalam perjalanan ke tanah perjanjian itu. Kita dapat menyaksikan berulang kali mereka mengeluh, bersungut-sungut, dan memberontak terhadap Allah. Mereka mengeluh karena tidak ada air. Mereka mengeluh karena tidak ada makanan, dan banyak lagi. Mereka tidak sabar dengan cara TUHAN bekerja. Semuanya itu menunjukkan bahwa mereka belum bertumbuh menjadi dewasa. Perkataan, perasaan, dan pikiran mereka masih mengutamakan apa yang penting bagi tubuh dan diri mereka tanpa menyadari hal lain yang lebih utama dari semuanya itu.

Apa yang mau ditunjukkan dari kehidupan bangsa Israel di atas? Yang mau dikatakan adalah bahwa hidup dekat dengan Allah sekalipun belum menjadi jaminan bahwa kita sudah menjadi dewasa. Contoh lainnya dapat kita saksikan lagi dari murid-murid Tuhan Yesus. Perdebatan para murid Tuhan Yesus mencari tahu siapa yang paling besar dari antara mereka menunjukkan sikap mereka yang belum dewasa dalam iman. Kepentingan pribadi menjadi penghalang setiap orang untuk bertumbuh.

Kepentingan pribadi menghalangi pegawai pemerintahan untuk mengabdi dalam tugasnya. Kepentingan pribadi menghalangi polisi untuk mengayomi masyarakat. Kepentingan pribadi menghalangi seorang pendeta untuk melayani Tuhan dengan murni, kepentingan pribadi menghalangi para naposo untuk mendengar serta merenungkan Firman Tuhan serta lebih memilih bermain android di gereja pada saat khotbah dan dimana pun, dan masih banyak lagi.

Semua kepentingan itu terucap dalam perkataan, terasa dalam berpikir dan tindakan seseorang. Demikan juga yang terjadi antara jemaat-jemaat yang ada di Korintus pada saat itu. Kedewasaan belum mereka temukan meskipun mereka pada saat itu sudah menjadi Kristen. Kepentingan-kepentingan pribadi merasuki tiap-tiap orang. Dan itu menuntun pada perpecahan. Tidak ada kasih diantara mereka. Sifat mereka masih melekat pada keinginan duniawi, ingin menjadi yang terpandang, dan menganggap orang lain lebih rendah dari padanya.

Padahal mereka sudah menerima pengajaran Kristen dari Paulus, tentang pentingnya betumbuh menjadi dewasa dan hidup dalam kasih. Namun ketika Paulus pergi dari Korintus mereka kembali lagi dalam kehidupan duniawi. Sebagai manusia ada hal alami yang terus terjadi, yakni pertumbuhan/ bertumbuh. Dari bayi tumbuh menjadi anak-anak, dari anak-anak tumbuh menjadi remaja, menjadi pemuda, menjadi tua. Setiap orang mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan yang dialami tiap orang berbeda-beda.

Pertumbuhan dari dunia anak kecil menjadi dewasa. Itulah yang kita alami saat ini. Kita sedang berada dalam dua area ini pada masa muda kita. kita sedang meninggalkan dunia anak pada saat ini, namun bukan berarti kita sudah memasuki dunia dewasa. Menjadi dewasa tidak bisa terjadi dengan cepat. Kenapa demikian? Karena ada terlalu banyak perbedaan antara dunia anak kecil dan dunia dewasa. Dunia anak kecil adalah bermain, ditolong, dan dilindungi.

Berkata-kata dengan sesuka hatinya, berpikir pendek, memikirkan dirinya sendiri. Sementara menjadi dewasa berarti mampu bertanggung jawab, dapat mengendalikan dirinya, dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk dan tahu bagaimana merespon keduanya, memiliki tenggang rasa, tidak melakukan hal-hal yang tidak merugikan orang lain, dalam kata lain bertumbuh dalam kasih. Menjadi dewasa tidaklah mudah. Menjadi dewasa berarti meninggalkan dunia anak yang cenderung serba enak, tinggal bermain, tinggal makan, dan tinggal tidur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline