Lihat ke Halaman Asli

Eksklusivitas yang Salah

Diperbarui: 20 Juli 2022   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mommyasia.com

Selama dua decade ini kita mendapati fenomena yang luar biasa pada Indonesia. Kita kini berada pada masa keterbukaan dan kemajuan teknologi yang membantu kehidupan di Indonesia sangat dipermudah sedemikian rupa.

 Kita juga dipermudah dengan pergantian era dimana masa Orde Baru yang penuh dengan soal represif dan kini menikmati era reformasi yang penuh kebebasan.

Dunia Pendidikan juga mengalami kemajuan yang luar biasa. Kurikulum sudah berubah dan prespektif Pendidikan juga berubah. Guru dan anak didik diberi kebebasan untuk mengekspresikan kreativitasnya. 

Dengan demikian diharapkan dunia Pendidikan dapat mencetak generasi masa depan yang kuat dan cemerlang.

Hanya saja ada hal yang kurang diinginkan ternyata mengintip dunia Pendidikan kita yaitu faham-faham transnasional. 

Faham-faham itu bisa berupa pengaruh politik beberapa negara di Timur tengah mislanya Mesir, atau juga salafi sampai wahabi yang membonceng beberapa organisasi massa agama yang moderat sehingga konteks mereka bergeser.

Akibatnya beberapa sekolah berbasis agama yang terkenal di Indonesia punya kecenderungan mengajarkan faham itu. 

Faham itu umumnya bertone eksklusifitas dimana diri dan ajaran yang dikuasainyalah yang paling benar. Ini terjadi karena sekolah dan keluarga secara sengaja dan tidak sengaja membatasi pergaulan, interaksi dan aktivitas bermain sang anak. 

Mereka hanya bertemu dengan orang satu golongan (keyakinan), minimnya teman yang berbeda suku dll alias eksklusif.

Hal yang juga sering dilakukan oleh dunia Pendidikan adalah, karena homogenitas di sekolah dan tafsir agama yang salah sehingga merasa kelompok / golongan mereka sendiri yangpaling benar dan kelompok lain salah. Jika ini terus menerus dipupuk di sekolah maka tidak heran jika si anak akan menjadi pembenci tatanan atau pihak lain dalam pemerintahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline