Lihat ke Halaman Asli

Menjadikan Infotainment Sesuai dengan Ajaran Islam

Diperbarui: 16 Juli 2022   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kata infotainment tidaklah asing di telinga para masyarakat Indonesia, terlebih para masyarakat remaja hingga dewasa. Infotainment sendiri dapat menjadi salah satu hiburan ketika kita penat menjalankan hari -- hari yang sibuk. Namun taukah kalian bahwa infotainment sendiri bertentangkan dengan prinsip komunikasi dalam Al Quran?

Sebelum menuju ke pokok permasalahan, saya akan menjelaskan apa itu infotainment.

Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan entertainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi yang dikemas dengan cara yang menghibur. Namun di Indonesia infotainment dimaknai sebagai informasi tentang hiburan. Sehingga sisi hiburan menjadi substansi untuk disampaikan kepada masyarakat. Akibatnya seringkali banyak informasi yang disampaikan kepada pemirsa bukanlah informasi yang mereka butuhkan, tetapi informasi yang dianggap dapat menghibur (Iswandi, 2006: 66).

Menurut Techopedia, infotainment adalah jenis media yang mencoba menggabungkan informasi pendidikan atau bermanfaat dan konten menghibur.

Infotainment dirancang untuk membantu mempromosikan perolehan informasi, keterampilan, atau perdagangan tertentu dalam format yang menarik. Infotainment biasanya mengacu pada konten berita televisi dan dianggap sebagai istilah yang meremehkan karena menyiratkan kontras dalam kualitas dan kehormatan antara jenis konten dan berita yang sebenarnya.

Infotainment sendiri dapat dinikmati dalam berbagai jenis media massa seperti televisi, radio,dan media sosial. Hanya dengan sekali klik saja kita dapat menyaksikan kehidupan para selebritas mulai dari kegiatan positif ataupun negative semuanya terkemas menarik sehingga memancing perhatian kita untuk menyaksikan nya. Meski kadang kita tidak bermaksud untuk menyaksikan itu namun terkadang judul clickbait yang menarik membuat mata ataupun telinga langsung terfokuskan.

Meskipun infotainment dapat ditemukan di media massa manapun, masih ada perdebatan apakah infotainment termasuk kedalam jurnalistik. Definisi jurnalistik secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Jurnalistik bukanlah pers, bukan pula massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik (Haris Sumadiria, 2008).

Salah satu tokoh yang menanggap bahwa infotainment bukanlah jurnalistik ialah Muharnetti Syas dosen dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) menyatakan bahwa tayangan infotainment bukan karya jurnalistik karena tidak memenuhi semua kriteria yang ditentukan sebagai produk jurnalistik. Menurut beliau produk infotainment melanggar kode etik jurnalistik dan Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Karena salah satu kode etik jurnalistik ialah Profesional dimana harus tunjukkan identitas, hormati hak privasi, tidak menyuap, berita faktual dan jelas sumbernya. Sedangkan dalam infotainment berita kehidupan privacy para selebritas merupakan 'makanan' utama dalam bidang tersebut. Dimana para wartawan berusaha mencari kesalahan atau menguras semua privasi selebritas tersebut seperti hewan didalam kebun binatang yang di pertontonkan oleh banyak orang.

Selain melanggar kode etik jurnalistik, infotainment juga melanggar etika dalam berkomunikasi. Melansir dari situs encyclopedia, etika komunikasi adalah tanggung jawab etis dalam berkomunikasi, baik yang dilakukan secara langsung atau lewat teknologi komunikasi, seperti gawai dan media sosial. Seringkali para wartawan yang meliput malah tidak bertanggung jawab pada hasil berita yang mereka tayangkan. Malah sering bertujuan untuk menjatuhkan selebritas tersebut. Selama berita itu menjual di masyarakat, mereka tidak lagi peduli akan dampak yang mereka buat terhadap kehidupan selebritas yang menjadi bintang utama. Padahal meskipun mereka menggenggam title selebritas di tangan nya, mereka juga masih manusia biasa yang harus di perlakukan sebagai manusia biasa. 

Etika komunikasi merupakan hal pertama yang di pelajari sebelum memulai berkomunikasi khususnya dalam menyampaikan sebuah pesan agar baik penerima maupun pembicara tidak mengalami kesalahpahamaan dalam proses penyampaian nya.   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline