Lihat ke Halaman Asli

heru suti

TERVERIFIKASI

Merdeka

Hari Kebalikan Italia dan Denmark!

Diperbarui: 27 Juni 2021   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selebrasi Roberto Mancini dan tandemnya di timnas Italia/Sampdoria di era 80-90an, Gianluca Vialli (Sumber Gambar: thesun.ie)

Italia dan Denmark memastikan diri lolos ke perempat final Euro 2020 dengan cara yang berbeda. Mereka seperti bertukar posisi dalam hal cara lolos. Di babak penyisihan Italia tampil meyakinkan dengan mengemas sembilan poin dan mencetak tujuh gol tanpa kemasukan satu golpun. Sedangkan Denmark terseok-seok setelah mengalami kekalahan beruntun di dua laga awal dan baru memastikan lolos di pertandingan akhir dengan hanya mengemas tiga poin. Beruntung bagi Denmark karena Belgia yang maruk meraup semua poin yang bisa mereka ambil sehingga tiga tim lain saling mengalahkan dan hanya kejatah masing-masing tiga poin dengan Denmark memiliki hitungan lebih baik dari dua saingannya. Denmark lolos sebagai runner up paling minimalis dalam urusan poin.

Semalam itu semacam "hari kebalikan" kalau kata Spongebob.

Lha iya, di babak 16 besar ini gantian Italia yang benar-benar harus bersusah payah untuk bisa lolos ke perempat final. Italia perlu extra time bahkan perlu adanya VAR yang menganulir gol Arnautovic. Italia sempat unggul 2-0 di extra time namun mampu diperkecil pula oleh Austria sehingga sisa pertandingan adalah saat untuk olahraga jantung dan saat untuk ber-deg deg ser-ria bagi pendukung Italia. Hal yang sebenarnya biasa bagi pendukung Italia.

Dan Denmark, seolah lalu menjadi seperti Italia di fase grup, meyakinkan, mencetak banyak gol dan cleansheet. Wales mereka luluhlantahkan 4-0. Kasper Dolberg memborong dua gol lalu diganti oleh Andreas Cornelius yang tampil baik juga. Dua gol sisa dicetak oleh Joakim Maehle  dan satu lagi oleh pemain yang biasa jadi bahan lucu-lucuan di medsos, Martin Braithwaite. Kali ini Braithwaite tidak melawak, ia membuktikan kapasitasnya sebagai striker Barcelona.

Dua pertandingan terakhir Denmark mencetak empat gol. Dinamit sudah meledak ini namanya. Gak tahu apakah akan ada ledakan susulan atau sudah klimaks sampai di sini. Feeling saya sih, masih akan meledak lagi ini Denmark. Lihat saja nanti, kalau gak meledak ya berarti mejen...

Sementara itu,

Italia semalam memang seolah kembali ke 'setting default"nya. Kalau anda pendukung Italia sejak zaman Franco Baresi atau malah Paolo Rossi tentu faham kalau melihat Italia main, maka satu hal yang tidak bisa dipisahkan adalah sport jantung. Dan semalam kerinduan akan rasa "deg-degan berkepanjangan" yang di tiga match awal seolah-olah tidak ada, kini muncul lagi. Babak extra time seperti sudah aman karena unggul dua gol, eh corner kemasukan...

Selain deg-degan, nonton Italia juga terbiasa dengan gemas dengan strategi pelatih. Sama seperti saya yang semalam mengomel karena sepertinya lama sekali Mancini baru memutuskan mengganti Berardi dengan Chiesa. Dugaan saya padahal, di awal babak kedua Chiesa sudah akan dimasukkan, tapi ternyata harus menunggu sampai pertandingan waktu normal mau habis baru dimasukkan itu anak si Enrico Chiesa. Tapi memang terbukti sih, Mancini jauh lebih paham kondisi pemainnya dibanding saya karena dua pemain pengganti yang ia masukkan berhasil mencetak gol di extra time. Selain Chiesa, Pessina juga berhasil membuat gol keduanya di Euro kali ini.

Partai 16 besar Italia vs Austria menghasilkan tiga gol yang kesemuanya dicetak oleh pemain yang datang dari bangku cadangan: Federico Chiesa dan Matteo Pessina di Italia dan Sasa Kalajzic dari Austria. Ketiga golnya keren, Chiesa dengan kontrol bolanya, Pessina dengan ketenangan dan akurasinya serta Kalajzic ini dengan sundulan dari sudut yang sulit.

Bagi Austria ini penampilan yang luar biasa, apresiasi positif mirip kemarin saat Hungaria hampir mengalahkan Jerman banyak diberikan oleh penikmat bola. Babak pertama Italia dominan dengan sesekali Austria melakukan serangan balik. Di babak kedua justru Austria yang lebih banyak menyulitkan Italia, Donnarumma harus bekerja lebih keras. Bahkan Arnautovic sempat membuat Wembley lumayan bergemuruh, namun golnya akhirnya dianulir setelah VAR menganggapnya offset. Setelah gol yang dianulir sampai akhir babak kedua koordinasi Italia seperti agak kacau, untungnya berhasil diperbaiki di extra time.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline