Lihat ke Halaman Asli

Seri Susanti

Pelajar dan pengelana

Berapa Lama Bisnis Startup Bertahan Akibat Covid-19?

Diperbarui: 11 Juli 2020   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Epidemi Covid-19 menyebabkan penurunan aktifitas ekonomi di berbagai bidang, tak kecuali bisnis Startup atau perusahaan rintisan. Efek epidemi sangat berpengaruh besar atas kinerja pada startup berbagai sektor, baik startup marketplace hingga pariwisata.

Survei Katadata Insight Center terhadap 139 eksekutif perusahaan startup digital pada Mei-Juni 2020 menunjukkan bahwa lebih dari setengah tidak dapat bertahan hingga epidemi selesai.  Hanya 48,9% startup yang disurvei mengaku dapat bertahan lebih dari satu tahun ke depan hingga epidemi berakhir. Sedangkan 20,9% startup mengaku mampu bertahan hingga kuartal I 2021. “Sisanya, 10% startup mampu bertahan hingga akhir Juni 2020 dan 20,1% lainnya bisa bertahan dalam tempo 3-6 bulan ke depan,” Direktur Riset Katadata Insight Center, Mulya Amri dalam webinar Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital, Kamis (9/6)

Berdasarkan sektor usaha, perusahaan yang mengalami pemburukan kondisi saat survei dilakukan berasal dari sektor ekosistem pendukung digitalisasi, maritim dan pariwisata. Sedangkan, startup di sektor sistem pembayaran, logistik, pertanian & kesehatan justru membaik.

Dari hasil survei ini juga diketahui kondisi startup sebelum dan setelah pandemi Covid. Sebelum pandemi melanda Indonesia, sebagian besar (74,8%) kondisi startup di Tanah Air berada dalam kondisi baik atau sangat baik. Namun saat survei dilakukan Mei-Juni tinggal 33% saja yang baik dan sangat baik. Sebanyak 24,5% dalam kondisi biasa saja. Sedangkan, 42,5% startup digital berada dalam kondisi buruk atau sangat buruk akibat pandemi Covid-19.  

Selain pergeseran jumlah transaksi, juga terjadi perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup dengan dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Misal sektor pendidikan terjadi perubahan permintaan dari kursus offline menjadi online. Pada sektor pariwisata semula menjual tiket berganti menjadi jasa pelayanan pembayaran tagihan online dan pulsa.

Analisis Katadata Insight Center juga menemukan jika perusahaan yang berada pada tahapan awal (seed & cockroach) cenderung paling terpukul. “Pelaku ekonomi digital yang sudah memiliki valuasi lebih besar atau pada tahapan Pony, Centaur dan Unicorn cenderung masih bisa menahan tekanan memburuknya ekonomi akibat pandemi,” kata Mulya.

Tekanan yang dialami selama pandemi tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung/pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan dan jenis produk/layanan yang ditawarkan. Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1 miliar - 100 milyar per bulan, banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2% menjadi 14,7%. Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang semula sebanyak 10,9% startup mengalami kenaikan 2,3% menjadi 13,2%.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline