Lihat ke Halaman Asli

Badriah Yankie

Menulis untuk keabadian

Guru Masa Kini

Diperbarui: 4 April 2017   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi guru dengan setting sekolah formal pada masa kekinian tidak saja merupakan hal yang kompleks, menantang, multitasking, namun menuntut terwujudnya pengembangan komunitas pembelajar yang membentuk guru-pembelajar. Implikasi dari pernyataan ini, guru yang menjadi pendidik bagi  generasi Z dengan karakter “Theyalways want more… They’re not grateful…, Generation Z is confident, ambitious and achievement-oriented” diharapkan menawarkan harapan, mencontohkan kejujuran, memiliki integritas, tanggung jawab, kualitas, dan professional dalam menjalankan perannya. Seorang guru yang bukan sekedar memberikan pengalaman belajar, tetapi harus pula memikirkan akuntabilitas kesuksesan peserta didiknya. Guru masa kini produknya sedang ditunggu oleh pengguna lulusan. Saat ini masyarakat menanti lulusan yang memiliki keterampilan intelektual kompleks, cerdas komprehensif, dan berdaya saing tinggi sehingga dapat menjadi anggota masyarakat terpelajar bukannya menjadi beban masyarakat.

Menjadi guru-pembelajar adalah sebuah keniscayaan untuk menjadi guru masa kini. Guru-pembelajar adalah guru yang secara terus menerus memacu dirinya untuk dapat memenuhi standar dan kriteria pendidik profesional (lihat Peraturan Negara Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya) yang terwujud dalam internalisasi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional (lihat Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya). Guru-pembelajar mampu menciptakan kelas menjadi ‘titik temu antara para profesional dengan peserta didik’.

Selain itu, untuk menjadi guru masa kini, guru harus menjauhkan diri dari anggota pendidik kelompok ‘under performance’  atau guru berkinerja rendah. Nye dkk. (dalam Marzano, 2007) menyampaikan temuan mengejutkan mengenai pengaruh kualitas pendidik terhadap prestasi siswa, yakni perolehan prestasi siswa yang diajari pendidik non efektif sebesar 25% sedangkan yang dibina guru efektif sebesar 75%.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa guru masa kini harus memiliki kualitas individu sebagai guru efektif.  Menempatkan diri sebagai guru efektif disyaratkan agar guru tiada henti mengkaji proses pembelajaran yang diberikannya sehingga terjadi peningkatan kualitas hasil belajar pada peserta didik atau guru menjadi peneliti (teacher-researcher). Guru-peneliti adalah guru dengan usaha tanpa henti terus-menerus melakukan peningkatan kualitas dirinya dan tidak pula berhenti belajar untuk memahami dunia pengajaran sehingga dirinya dapat membawa perubahan (improving and understandingtheir worlds in order to change them). Guru-peneliti menggumakan metode, teknik, strategi dan pendekatan yang beragam untuk memberikan pengalaman belajar. Cara mengajar guru masa kini, bukan mengulang-rutinkan cara mengajar yang telah dilakukannya semenjak dirinya diangkat menjadi guru.

Mengacu pada ciri-ciri dan kriteria guru-pembelajar dan guru-peneliti, guru masa kini adalah guru profesional yang meninggakan rekam jejak kinerja berupa peserta didik yang siap bersaing pada era global. Selain itu, guru masa kini adalah guru paripurna (accomplished teacher) yang selalu bekerja keras sebagai seorang guru berkualitas-efektif sehingga dapat memberikan penglaman belajar pada generasi Z.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline