Lihat ke Halaman Asli

Yana Sopiana Nurfarizat

Chief Production Officer of Molacco

Terjebak di Desa Bisa Apa? Tidak Putus Asa, Pelopor Home Industry untuk Kemandirian Desa dan Indonesia

Diperbarui: 21 Oktober 2021   01:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Kebun Salak milik Bapak Sukardi seorang Petani Teladan Desa Rejosari

Temanggung- Universitas Diponegoro (Undip) telah berhasil menyelenggarakan IPTEK bagi Desa Binaan Undip (IDBU) dengan menerjunkan 4 dosen pembimbing dan 15 mahasiswa dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertemakan “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal di Desa Rejosari Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung melalui Farm and Education Tourism”.

KKN Tematik Pringsurat yang dilaksanakan dari 27 Agustus sampai 11 Oktober 2021 berbeda dengan KKN Reguler ataupun Tematik yang dilaksanakan pada masa pandemik Covid-19 sejak tahun 2020 lalu. KKN pada masa pandemik terhambat dengan konsep program yang membutuhkan pengumpulan banyak warga. 

Meskipun terdapat pembatasan jumlah orang yang berkerumun, namun masyarakat desa Rejosari sudah Kembali pulih untuk melakukan sosialisasi, gotong royong, bersih-bersih, bekerja di kebun, hingga beraktivitas di organisasi setempat. Hal tersebut menjadi kabar positif bagi tim KKN untuk menjalankan program dengan adanya partisipasi masyarakat desa dalam mengelola dan mengembangkan potensi lokal yang belum optimal.

Potensi lokal di desa Rejosari diantaranya terdapat perkebunan salak dan kopi, pertanian padi, cabai dan tomat, serta irigasi buatan sebagai sarana wisata air. Perkebunan salak merupakan salah satu fokus tim KKNT Pringsurat yang memiliki tantangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi pada saat panen raya tiba. Dusun Pondoh (salah satu dusun di desa Rejosari) merupakan penghasil salak terbesar di desa Rejosari. Jenis salak yang terdapat di dusun Pondoh mayoritas adalah jenis salak Pondoh, dan yang lainnya adalah salak Madu. 

Menurut Petani teladan di desa Rejosari khususnya dusun Pondoh, yaitu bapak Sukardi menyatakan bahwa “Panen raya dilakukan sekali dalam setiap tahunnya, yaitu pada bulan November hingga Januari. Perkebunan salak dengan lahan seluas 5 Hektar (Ha) di Desa Rejosari dapat menghasilkan 450 ton salak tiap tahunnya. Jumlah produksi Salak yang awalnya hanya 8 Kg/rumpun, meningkat menjadi 10-12 Kg/rumpun/tahun. Peningkatan hasil panen terjadi karena kondisi geografis yang mendukung, upaya kelompok tani dalam mengikuti pelatihan SL-PHT dan studi banding ke Kabupaten Sleman, serta dukungan dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung”.

Gambar 2. Proses pemanenan buah salak dari pohonnya

Melimpahnya hasil panen salak pada masa penen raya di Desa Rejosari bukanlah berarti baik bagi petani. Hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya petani yang menjual ke tengkulak (pengepul hasil panen) maka harga salak turun lebih dari 50% dari harga biasanya, yaitu dari 7000/Kg menjadi 2500-4000/Kg (Sukardi, 2021). Banyaknya salak yang disimpan di Gudang menyebabkan salak busuk karena masa simpan yang tidak tahan lama. 

Melihat permasalahan tersebut, tim salak yang beranggotakan 5 orang yaitu Yana Sopiana Nurfarizat (Teknik Kimia 2018), Eka Setyarini W (Manajemen 2018), Kartini Mardianti P (Kesehatan Masyarakat 2018), Meitta Maddhawati (Hukum 2018), dan Sal Sabila (Kesehatan Masyarakat 2018) telah berinovasi untuk pengolahan diversifikasi produk pasca panen salak sebagai solusi harga salak yang turun drastis dan mengatasi daya simpan salak yang tidak tahan lama. Dengan begitu, salak hasil panen raya tetap memiliki daya jual dan manfaat yang tinggi untuk mencapai target pasar yang lebih luas lagi.

Gambar 3. Anggota Tim Salak KKNT Pringsurat 2021

Salah satu mahasiswa Undip yang termasuk kedalam tim salak yaitu Yana Sopiana Nurfarizat, atau akrab di sapa Yana, mahasiswa asal Ciamis ini sedang menjalankan masa studi S1-nya di jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Sebagai process engineer dan sekaligus ketua dari tim salak, Yana bersama tim menjawab tantangan permasalahan salak dengan visi dapat membentuk Salacca Home Industry yang berkelanjutan di Dusun Pondoh, Desa Rejosari. 

Untuk mencapai visinya tersebut, maka Yana bersama tim salak mengajak Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sri untuk membentuk organisasi kepengurusan home industry yang diketuai oleh Ibu Siti Rowiyah. Terbentuknya kepengurusan home industry disambut baik oleh pengurus pemerintah Dusun dan masyarakat setempat, dibuktikan dengan partisipasi aktif dari warga yang ikut dalam sosiliasi produk olahan salak (Kamis, 30/09/21 dan Minggu, 10/10/21) dan pelatihan pembuatan produk olahan salak (Selasa, 19/10/21).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline