Lihat ke Halaman Asli

Aditya Anggara

Belajar lewat menulis...

Derby Manchester, Mourinho Kalah Nasib

Diperbarui: 13 November 2018   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Derby Manchester, sumber : SepakBola.com

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Drama come-back ala Mourinho dan Fergie yang sudah lama tersohor itu kemudian urung terjadi pada laga derby Manchester kemarin. MU kemudian bertekuk lutut dihadapan fans tetangga yang berisik itu...

Banyak dari penggemar sepak bola yang kemudian mengejek penampilan anak-anak asuhan Mourinho ini. Akan tetapi tidak bagi saya! Ini untuk pertama kalinya saya memuji taktik "genderuwo" ala Mourinho ini. Taktik ini sungguh "busuk" dan tidak enak ditonton, tetapi sangat efektif. Sayang peruntungan Mou seperti ketika bertarung di Turin kemarin itu tidak terulang lagi...

Kebanyakan orang menganggap Mou datang ke Etihad itu untuk bermain seri, padahal sebenarnya tidak! Mou butuh tiga angka dari City untuk tiga hal. Pertama untuk menaikkan posisi MU ke papan atas klasemen. Kedua, untuk menjaga marwah dirinya di jajaran papan atas pelatih top. Ketiga, agar lambenya itu bisa tetap nyaring terdengar. Artinya, MU boleh kalah dari tim memble, tetapi tidak dari tim kecetop six!

Secara kualitas skuat City dan MU ini sebenarnya seimbang. Kedua tim ini memiliki kedalaman skuat yang mumpuni, berkelas dan tentu saja mahal. MU juga bisa bermain atraktif dan menyerang, seperti yang mereka perlihatkan sejak pertengahan babak kedua kemarin itu. Akan tetapi pendekatan pragmatis ala Mou itulah yang justru membuat attacking football MU itu seperti tertahan...

Mou sebenarnya punya dua opsi ketika bertandang ke Etihad. Bermain menyerang atau bertahan rapat dengan mengandalkan serangan balik. Bermain menyerang itu mengandung dua konsekwensi. Menang atau kalah dengan hasil babak belur.

Ketika menukangi Madrid dulu, Mou punya pengalaman buruk ketika bermain terbuka. Barcelona yang diasuh Pep kala itu berhasil meremukkan Madrid dengan skor telak 5-0! Sejak itu Mou belajar satu hal penting, jangan pernah bermain terbuka dan adu cepat dengan Pep kalau tidak ingin tergilas!

Hanya tim berkarakter menyerang seperti Liverpool yang bisa bermain adu cepat dengan City. Dan hasilnya bisa ditebak, salah satu dari mereka itu akan babak belur. Yang lebih cepat dan beruntung kemudian akan tertawa, sedangkan yang kalah tetap bisa menegakkan kepala dengan rasa puas ketika meninggalkan lapangan. Dan kedua tim ini masing-masing sudah pernah mengalaminya.

Dibenak Pep (dan juga Klopp) itu hanya ada satu pendekatan dalam sepak bola yaitu attacking football! Ketika menyerang, tentu saja tim akan rawan terhadap serangan balik lawan. Cara Pep mengatasinya adalah dengan membeli bek-bek terbaik dunia! City paling banyak membelanjakan dananya di sektor belakang! Harga rata-rata seorang bek City itu nyaris satu trilyun rupiah! Itu karena Pep tidak pintar mengajari pemainnya cara bertahan...

Sebaliknya Pep sangat jenius untuk melatih pemain yang biasa-biasa saja untuk bermain lebih atraktif. Lihatlah banderol para pemain tengah dan penyerang City. kalau ditotal semuanya, nilainya tetap akan lebih murah dari pada nilai total pemain belakang. Tetapi coba lihat jumlah gol dan attempt yang mereka buat, dan bandingkan dengan Morata dan Lukaku misalnya...

Mourinho sangat paham akan filosofi dari Pep ini dan ingin menirunya. Tapi Mou sial, petinggi MU menolak untuk membelikan Mou bek bernilai mahal. Hal mana membuat Mou menjadi berang. Sektor belakang memang menjadi kelemahan utama MU. Kekuatan MU itu ada ditengah. Tapi karena lini tengah terlalu berkonsentrasi membantu pertahanan, maka suplay bola ke depan menjadi berkurang. Akhirnya Martial, Sanchez, Rashford dan Lukaku terlihat "sontoloyo..."

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline