Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Aku Seperti Krisdayanti ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup di dunia ini seperi hidup di dalam mall, banyak pilihan hidup yang bisa kita pilih. Misalnya baju, kita bisa pilih yang warna apa, model apa, harga kisaran berapa, kancingnya di depan apa di belakang, krahnya tegak ato rebah, motifnya kotak-kotak ato polka, dan sebagainya. Setiap kita punya kecenderungan atau selera berbeda dalam memilihnya.

Tiba-tiba saya mengingat, kata-kata Krisdayanti dalam acara gossib tadi pagi. Dia ingin menjadi wanita sejati, mengurus rumah tangga,focus membesarkan dan mencurahkan kasih sayang kepada anaknya dan tidak lagi ngoyo mengejar karier.

Ketika kita punya impian dalam hidup, secara sadar ataupun tidak sadar jiwa kita akan selalu mengarah ke arah dimana impian kita itu. Ketika dulu, sebagai gadis belasan tahun yang mempunyai impian menjadi bintang top, bisa hidup bergelimang harta dengan hasil kerja kerasnya. Mendapatkan kebanggaan dan apresiasi dari karyanya. Yang dibutuhkan Krisdayanti adalah seorang Anang Hermansyah, mungkin tanpa didikan, loby-loby dan konsistensi Anang, KD tidak akan bisa mendapatkan impian dalam hidupnya. Namun ketika kodratnya sudah memanggil-manggil untuk kembali, hidupnya seperti dalam tekanan antara mempertahankan impiannya atau menuju kodratnya sebagai wanita.

Kejenuhan atas runititas dan tanggung jawabnya sebagai artis membuat pikiran-pikiran negative kemudian muncul. Perasaan tidak dihargai oleh pasangan, perasaan harus selalu bekerja keras sendiri, perasaan dituntut oleh keadaan, seakan dia merasa, ini bukan lagi impian yang dulu begitu dia perjuangkan, tetapi dia justru merasa seperti sapi perahan. Sayangnya, keinginannya untuk bersandar justru dia dapatkan dari laki-laki lain yang bukan pasangannya, dan demi keinginan untuk mendapatkan kodratnya kembali, justru dia pilih dengan jalan yang salah.

Tidak bisa kita pungkiri , eksistensi diri bagi seorang wanita modern itu sangatlah penting, kadang banyak yang harus dikorbankan untuk meraih hal tersebut. Bahkan teman saya sampai sekarang masih harus long distance dengan suami dan anaknya dengan alasan untuk masa depan lebih baik. Kita sebagai wanita, kadang berpikir untuk apa kuliah dapat IP tinggi kalo ijasahnya ga kepakai, gimana ntar tanggapan teman-teman dulu atau keluarga, atau yang paling klise karena kebutuhan hidup sekarang kan semakin banyak, biaya pendidikan anak semakin tinggi, dll.

Itulah hidup memang adalah pilihan, tapi dilubuk hati seorang wanita ada sebuah ruang hampa yang dia sendiri akan meluluhkan keegoannya. Dia butuh hanya sekedar meminta, mengharap,merebah, bersandar, dan di dengarkan. Itu adalah kodrat. Tapi hidup kadang tidak sesempurna yang kita inginkan, pilihan demi pilihan memiliki konsekuensi yang harus kita tanggung. Seperti apa hidup kita, rumah tangga kita, anak-anak kita, menjaditanggung jawab moral kita atas pilihan yang kita ambil.

Apa harus kita hidup seperti KD, ketika dia membutuhkan orang yang bias mensupport dia untuk mendapatkan impiannya segi karier , dia memilih Anang dan ketika dia ingin menjadi wanita sejati, dimana dia bisa bersandar dia memilih Raul.

So Ladies…

Berpikir dan bertindak lah dengan bijak…

(Bersyukur dengan apa yang telah Tuhan takdirkan, karena itu adalah lukisan indah yang akan terlihat hikmahnya kelak dengan hati yang bersih)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline