Lihat ke Halaman Asli

Teguh Hariawan

TERVERIFIKASI

Traveller, Blusuker, Content Writer

Talud Kumitir yang Jadi Wisata Dadakan Viral di Mojokerto

Diperbarui: 14 November 2019   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Talud Kumitir (dokpri)

Saya memasuki jalan tanah berdebu. Di kiri saya berderet linggan (tempat orang membuat bata merah) yang beberapa bagian bangunannya terlihat compang-camping. Maklumlah, kan hanya tempat berteduh sejenak sekaligus tempat pembakaran bata merah.

Seorang warga yang awalnya duduk di pinggir jalan, tiba-tiba berdiri dan meminggirkan kursinya seraya mengarahkan untuk jalan terus lurus. Telunjuknya menunjukkan tempat parkir. Sesuai arahan, kendaraan saya parkir di pinggir tembok makam umum.

Tiba-tiba seorang Mbah Putri (nenek tua) mengejutkan saya karena muncul begitu saja dari dalam area makam. "Purun tumbas pelem tah Nak?" tanya beliau (Mau beli mangga tah Nak?)

Saya tidak menjawab tapi segera ambil uang secukupnya dan saya berikan pada nenek tua. "Pelemnya untuk cucu di rumah saja, Mbah," kata saya. Setelahnya saya bergegas memasuki sebuah linggan kosong, untuk ngiyup (berteduh) sejenak. Berlindung dari sengatan matahari. Sambil berteduh, saya lihat sekeliling. Akhirnya, saya temukan arah ke mana kaki saya harus melangkah.

Linggan tempat pembuatan bata (dokpri)

Ya, Minggu siang itu, 9 November 2019, saya datang ke Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto tepat saat mentari begitu menyengat. Lokasinya tak jauh dari Petirtaan Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu, yang masuk kawasan wisata Cagar Budaya Trowulan. Sebelumnya sempat salah tujuan, lantaran GPS (Global Positioning System) menuntun ke lokasi berupa tanah lapang, di tengah kampung, di Timur sebuah Balai Desa, 

Maka, jurus GPS lain pun dikeluarkan. Gunakan Penduduk Setempat. Ternyata, lebih simpel dan akurat. Seorang perempuan muda yang rumahnya tepat di pinggir tanah lapang, ramah menjawab pertanyaan saya. Tinggal ikuti petunjuknya, belok kanan sekali dan belok kiri sekali, sampailah di lokasi yang saya inginkan.

Lokasi ini yang dalam beberapa minggu terakhir viral gara-gara ditemukan struktur bangunan bata kuno yang konon peninggalan era Majapahit.

Setelah menyesuaikan dengan atmosfer setempat, saya pun melangkah perlahan keluar Linggan dan mencari jalan turun ke tempat struktur bangunan yang bikin heboh itu. Media cetak, online dan elektronikpun sudah silih berganti datang di lokasi ini untuk meliputnya. Tak mau kalah, para Vlogger juga berlomba menampilkan liputannya agar para netizen bisa menikmatinya. Akhirnya, seperti biasanya, lokasi temuan tumpukan bata merah ini pun jadi objek kunjungan wisata dadakan. Termasuk saya tentunya.....

dokpri

Tanah yang bagus untuk pembuatan bata merah (dokpri)

Talud
Saat awal ditemukan, berbagai macam komentar dan opini bermunculan. Ada yang menyebut struktur bata ini bagian dari  tembok bangunan istana Majapahit. Lainnya mengatakan struktur ini bagian dari tembok benteng istana.

Namun, begitu BPCB Trowulan turun tangan dan melakukan ekskavasi, barulah muncul struktur yang sebenarnya. Menurut Pak Wicaksono, arkeolog dari BPCB Trowulan, struktur bata ini adalah sebuah talud.

Dahulu, talud ini dibangun sebagai penahan tanah sekaligus berfungsi sebagai batur dari sebuah pelataran dengan cara menguruk di bagian dalamnya dengan tanah. Lalu dibangunlah disitu (di tengah-tengah talud) entah pendopo, balai-balai atau bangunan lainnya. Biasanya talud ini dibangun berbentuk bujur sangkar dengan tangga masuk di bagian tengahnya. Bagian tepi luar talud diperkeras dengan menggunakan bata merah. Bagian tepi dalam diurug dengan tanah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline