Lihat ke Halaman Asli

Abdul Adzim Irsad

Mengajar di Universitas Negeri Malang

Islam Nusantara: Santri dan Sarung

Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Santri dan Sarung itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan ketika sedang menuntut ilmu di sebuah pesantren Salafi atau modern. Sudah menjadi tradisi dari masa-kemasa, sejak Indonesia sebelum merdeka bahwa Sarung itu pakain resmi kaum santri.

 Dua pesantren terkemua di Jawa Timur usianya sudah lebi dari 200 tahu, yaitu Sidogiri dan Langitan. Semua santrinya memakai Sarung, bukan celana panjag. Jadi, setiap santri pasti memiliki Sarung. Belum sempurna rasanya, jika seorang santri jika belum punya Sarung.

 Bagi seorang santri Sarung itu multifungsi. Yang jelas, setiap ngaji wajib bagi seorang santri menggunakan Sarung. Ini bisa di dapati di pesantren-pesantren Ahlussunah Waljamaah Ala Nahdiyah di seluruh pelosok Nusantara, mulai ujung Barat hingga ujun paling Timur. Hanya saja, motifnya disesuaikan dengan budaya serta adat istiadat masyarakat setempat.

 Saat menunaikan menunikan sholat lima waktu, rasanya belum sempurna jika tidak memakai Sarung dan baju taqwa dan peci hitam. Hampir setiap Masjid dan Musolla, selalu banyak sekali kaum santri yang memakai sarung ketika sholat berjamaah. Jika ditemukan memakai celana panjang, biasanya ia orang sedang bekerja dikantoran atau sedang mampir dari perjalanan, atau sedang bekerja.

Begitu juga ketika tidur. Sarung juga berfungsi untuk kemulan dari udara dingin. Jangan heran, jika dimasjid banyak sekali santri-santri yang kemulan (slimutan) Sarung ketika tidur. dan, saat sholat juga memakai sarung yang sama. Itulah fusngi sarung bagi seorang santri.

 Begitu juga saat undangan, semua santri lebih suka memakai sarung, karena kalau makannya banyak perutnya tetap longgar. Sehingga tetap terlihat tidak gendut. Khusus orang yang gendut (buncit), memakai sarung sangat tepat, karena semua sarung itu pasti ukuranya besar sehingga muat bagi perut yang buncit (gendut).

Saat membawa barang, Sarung juga digunakan untuk membawa barang-barang (berfusngsi menjadi karung). Sangat tepat jika seorang santri memilih Sarung menjadi pakaian Muslim Nusantara. Tidak seorang-pun kyai di Negeri ini, pasti pernah menjadi seorang santri, dan tidak seorang santri kecuali memiliki Sarung. Dengan demikian, bagi perusahaan Sarung, Indonesia menjadi pasar terbesra untuk memproduksi sarung. Maka besykurulah perusahaan Sarung, karena selama ada santri produksi sarung akan terus berlansgung. Rejeki perusahaan Sarung ditentukan oleh warga NU dan Muslim Nusantara yang bangga dengan sarungan.

Jika total penduduk Indonesia sekitar 255 juta, dan separuhnya adalah laki-laki, maka jumlah sarung yang diproruksi begitu fantastis. Apalagi, sarung sekarang tidak hanya dipakai orang Indonesia saja, Arab Saudi, Yaman, Afrika, juga suka memakai sarung tetapi tidak digunakan sholat, melainkan untuk santai-santi ketika dirumah.

 Karena sudah menjadi Busana Nusantara, maka setiap daerah memiliki carakter dan motif tersendiri. Tidak heran, jika ada sarung tenun dengan motif batik Kalimantan, Madura, Jawa Tengga, Jawa Timur, Sumatra, Sulawesi, Papua, NTT, Bali. Bahkan, ada juga sarung yang motifnya doreng seperti seragamnya Militer. Sangat unik, menarik di sebuah masjid pesantren terdapat santri dari berbagai wilayah Nusantara mengenakan sarung yang beragam warna dengan motif yang beragama saat melaksanakan sholat berjamaah.

Pemandangan seperti ini tidak akan pernah ditemukan di dunia mana-pun, kecuali Indonesia. Semua bangsa Arab, memakai jubbah dengan beragama bentuk. Tetapi, sarung yang menjadi Busana Khas Santri Nusantara, benar-benar menjadi sangat simple, praktis dan isis dan gelis (cepet) nyopot dan memakainya. Seorang Santri sangat bangga dengan Sarungnya. Jadi apapun mereka, seperti; Presiden, Menteri, Hakim, Tentara, polisi, dosen, dokter, tetap saja sarung menjadi busana yang meyenangkan dan tidak akan ditinggalkan.

Para pemakai sarung dari kalangan santri Nusantara itu tidak membenci pakaian khas Arab, seperti; gamis dan jubah. Justru, kaum santri kadang mengawiinkan Sarung dan Gamis. Biasanya, santri-santri Nusantara yang sedang menuntut ilmu di Yaman, Makkah, Syiria, Libanon, selalu memakai jubbah, tetapi di dalamnya juga memakai Sarung. Menyenangkan bukan!

  

.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline