Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Nissa Sabyan Pelakor, Salah Jilbab?

Diperbarui: 19 Februari 2021   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Sejak mengenakan jilbab, aku dan kawan-kawan sudah tau. Jika kami berbuat salah, orang akan menyinggung-nyinggung jilbab kami. "Pakai jilbab, tapi tingkahnya begitu!"

Buka ajalah jilbab itu ...  Percuma pakai jilbab ..., dan aneka celoteh yang seolah-olah dosa dan pahala ada di tangannya.

Dan terjadi lagi, ketika Nissa Sabyan tersandung kasus sebagai pihak ketiga dalam rumah tangga orang lain, tak sedikit yang refleks memvonis jilbabnya. Tak cukup dibawa ke ranah politik dengan menjadikannya bahan untuk menyerang AHY (hanya karena ada "nisa" di Annisa Pohan yang disebut-sebut merebut Agus dari orang lain), jilbab Nissa pun, mewakili jilbab muslimah lainnya, dianggap sekadar gaya. Bukan pakaian takwa.

Aku sama sekali tidak mengikuti berita gosip itu. Entah kebenaran apa yang ada di sana, aku tidak penasaran. Kalau Nissa Sabyan benar-benar pelakor, berasku gak nambah. Kalau dia cuma difitnah, saldo rekeningku pun tak berubah.

Baca juga: 5 Hal yang Merusak Kesan Pertama

Logika Terbalik

Kamu orang Indonesia asli, yang sejak mengenal MPASI langsung melumat nasi. Sampai dewasa, kepalamu tersugesti bahwa kamu belum makan jika belum mengonsumsi nasi.

Suatu ketika hanya tersedia roti dan air, tidak ada nasi sama sekali. Dengan asumsi selain nasi tak akan membuat kenyang, apa kamu memilih tidak makan apa pun saat lapar?

Itu analogi receh. Bukan meremehkan pembaca, tapi memudahkanku memilih contoh termudah. Logikanya, kalau makan roti saja masih lapar, apalagi tidak makan sama sekali. Begitu kan?

Lah kalau sudah berjilbab saja masih bisa keliru, apalagi jika belum. Kalau jilbab dianggap membuat seseorang berlaku buruk, sama saja dengan menganggap makan roti malah membuat kelaparan. Sungguh konyol.

Pada hari-hari menjelang mengenakan jilbab, ada kekhawatiran akan dikomentari orang lain karena tak sesuai perilaku dengan pakaian yang dikenakan. Ini pengalamanku pribadi. Syukurnya ketika jilbab dan perangkatnya telah dikenakan, justru seolah ada energi yang membuat kita lebih terkontrol ketika bersikap.

Apa lantas jadi sebaik malaikat? Kenapa gak sekalian dianggap hilang syahwat, biar total ngawurnya. Ada rem saja mobil bisa tabrakan, apalagi tanpa rem. Seseorang dengan pakaian religiusnya, apa pun agamanya, ia sedang berusaha untuk lebih baik. Bukan sudah baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline