Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Menolak Stres dengan Bermain Game

Diperbarui: 15 April 2020   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan pribadi layar HP

Kebanyakan kita mungkin mengira, mayoritas pengguna ponsel yang bermain game adalah laki-laki. Ternyata keliru, Studi Pokkt dengan Desicion Lab menyebutkan, 51% pemain game mobile di Indonesia adalah perempuan (tek.id).

Seperempat dari total pemain berusia 16-34 tahun. Kedua terbanyak ada di usia 35-44 tahun. Aku yakin, kelompok dua terbanyak ini adalah mereka yang main karena sedang tertekan. Setidaknya begitu yang terjadi padaku di suatu waktu.

Baru saja menerima info "semacam naik pangkat", tahu-tahu platform tempatku menulis harus pending dari berbagai kegiatan terkait posting artikel. Yang jadi masalah besar, aliran dolar pun stop.

Padahal peluang di tempat lain masih ada. Hanya butuh pukulan kedua, aku langsung malas melihat laptop. Apa itu? Ketika artikelku tak dapat label "pilihan". Dasar receh!

Di Masa Pandemi, Tidak Boleh Stres!

Aku tak mau membuka Twitter maupun Facebook. Biasanya ada saja postingan yang bikin naik tensi. Lebih baik baca buku, pikirku. Sengaja kutinggalkan laptop untuk beberapa waktu. Yang jelas, di bawah ancaman Corona, jangan coba-coba meruntuhkan tameng bernama imunitas.

Mau mengajak anak bermain, mereka sibuk dengan tugas sekolah. Dan mereka tak butuh bantuan, karena katanya soal-soal hari ini terlalu mudah. Entah dari mana dapat gen sombong begitu. Ih!

Sambil rebahan, aku baca ebook Tin-Tin di HP, dan akhirnya ketiduran. Hanya sebentar, lalu bangun dalam keadaan lapar.

Setelah pikiran agak tenang, aku kembali ke laptop. Bukan menulis, tapi nonton film di Youtube. Antara sebal dan lucu, film berbahasa Inggris itu, oleh si pengunggah ditranslate menggunakan Google translate! Otakku jadi kerja dua kali.

Ya sudah, nonton saja dengan mengabaikan teks. Baca teks malah lebih mumet, mending simak dan dikira-kira saja pemerannya bicara apa. Untung Englishku gak jelek-jelek amat. Cuma jelek aja.

Film belum selesai, kuputar lagu. Biasanya saat sedang konsentrasi menulis dan tak ingin diganggu, aku memasang headphone. Dengan begitu, anak-anak beranggapan aku sedang mendengar sesuatu. Padahal enggak ada apa-apa, cuma supaya jangan diajak bicara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline