Lihat ke Halaman Asli

slamet sidik

Manusia Biasa

Filosofi Ketupat

Diperbarui: 31 Mei 2020   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Momen perayaan Idul Fitri tidak akan pernah bisa lepas dari hidangan menu tradisional  ketupat. Ketupat atau dalam bahasa Jawa kita biasa menyebutnya kupat adalah menu yang terbuat dari beras yang ditanak dalam bungkus anyaman janur kuning.

Di masyarakat Jawa, ketupat atau kupat memiliki makna khusus. Kupat dimaknai sebagai kependekan dari Ngaku Lepat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Karena itu momen hari raya Idul Fitri biasanya selalu diiringi dengan tradisi sungkeman atau saling maaf-memaafkan dengan orang yang lebih tua, kerabat, dan handai taulan. Tradisi sungkeman inilah yang menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan).

Selain Ngaku Lepat, masyarakat Jawa memaknai kupat sebagai Laku Papat yang berarti 4 tindakan. Ada 4 hal yang perlu kita maknai berkaitan dengan momen hari raya Idul Fitri yakni lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

• Lebaran artinya usai, yakni kita telah selesai menjalani ibadah Ramadhan, baik puasa, sholat tarawih, tadarus Qur'an dan berzakat serta amalan lainnya. Makanya Idul Fitri biasa disebut lebaran atau bodo (ba'da) yang artinya setelah (selesai).

• Luberan bermakna berkelimpahan. Selesai menjalani ibadah Ramadhan kita harus mampu menghayati filosofi berkelimpahan. Implementasi luberan atau kemelimpahan biasanya ditandai dengan berbagi rejeki atau bersedekah, berbagi tehaer atau angpau saat merayakan Idul Fitri.

• Leburan bermakna habis melebur tanpa bekas. Yang lebur atau habis dalam momen Idul Fitri ini adalah dosa dan kesalahan kita. Baik dosa terhadap Tuhan, maupun dosa terhadap sesama. Kita meleburkan dosa dengan saling meminta dan memberi maaf.

• Terakhir, Laburan, berasal dari kata labur atau kapur. Maknanya, putih bersih. Hari raya Idul Fitri adalah hari kemenangan. Pada hari ini kita seperti manusia yang baru lahir. Kita seolah terlahir kembali sebagai manusia yang suci, bersih dan putih (tanpa noda), seperti dinding yang baru saja dilabur dengan laburan kapur.

Nah, barangkali saat ini kita sedang menikmati lebaran ketupat, mari kita hayati filosofi ketupat. Semoga prosesi makan ketupat di lebaran ketupan kita kali ini selain penuh rasa, juga menjadi penuh makna.

Salam Ketupat.....(S.Espe, 31052020)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline