Lihat ke Halaman Asli

Mewujudkan Indonesia Sebagai Lumbung Padi Dunia[1

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Orang bilang tanah kita(Indonesia) tanah surga, katanya?......Dilematis memang jika memikirkan keadaan pangan di Indonesia. Dari satu sisi Indonesia dengan luasnya lahan pertanian seharusnya mampu memenuhi kebutuhan bagi seluruh rayatnya, namun disisi lain Indonesia masih saja mengimpor makanan dari Negara asing. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dari data kajian akademis yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Kementerian Pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung.

Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian sebesar 47 juta ha, sehingga masih tersisa 54 juta ha yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air pertanian apabila dikelola dengan baik. Waduk, bendungan, embung dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pertanian.

Potensi terbesar dari komoditas pertanian Indonesia adalah padi. Dimana padi merupakan komoditas utama dalam mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras sampai pada tahun 2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat. Kalau pada tahun 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka pada tahun 2025 kebutuhan tersebut diproyeksikan sebesar 65,9 juta ton GKG[2].

Keinginan pemerintah adalah mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 1,5% per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga tahun 2025. Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).

Berbagai macam strategi akan trus dilakukan guna untuk menghasilkan produktifitas yang maksimal. Dinatara strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi padi nasional antara lain adalah: (1)mendorong sinergi antar subsistem agri-bisnis; (2)meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal, teknologi, dan pasar; (3)mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru; (4)memberikan insentif berusaha; (5)mendorong diversifikasi produksi; (6)mendorong partisipasi aktif seluruh stakeholder; (7)pemberdayaan petani dan masyarakat; (8)pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan).

Sedangkan kebijakan pengembangan padi diarahkan pada: (1)pembangunan dan pengembangan kawasan agribisnis padi yang modern, tangguh, dan pemberian jaminan kehidupan yang lebih baik bagi petani; (2)peningkatan efisiensi usaha tani melalui inovasi unggul dan berdaya saing; (3)pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, efisien dan produktif serta berkelanjutan yang dapat mendukung ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan; (4)pemberdayaan petani dan masyarakat pedesaan; dan terakhir (5)pengembangan kelembagaan dan kemitraan yang modern, tangguh, efisien, dan produktif.

Adapun program yang dicanangkan meliputi (1)pengembangan sarana dan prasarana, (2)pengembangan sistem perbenihan, (3)akselerasi peningkatan produktivitas (intensifikasi), (4)perluasan areal tanam (ekstensifikasi), (5)pengembangan sistem perlindungan, (6)pengolahan dan pemasaran hasil, (7)pengembangan kelembagaan, dan (8)pemantapan manajemen pembangunan pertanian[3].

Dengan ketersediaan SDA yang begitu melimpah Indonesia siap untuk mendidikasikan dirinya sebagai lubung padi dunia. Dan pastinya untuk mencapai tujuan yang maksimal maka diperlukan SDM yang maksimal pula.  Maka disinilah diperlukan insan-insan yang trampil dalam bidangnya supaya SDA yang tersedia dapat dimafaatkan secara maksimal.

[1] Moh Khoiri, UIN Syahid Jakarta

[2] http://akbarprasatya.student.umm.ac.id/

[3] http://akbarprasatya.student.umm.ac.id/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline