Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Idul Fitri 1440H Dinodai dengan Tawuran dan Pembakaran Rumah

Diperbarui: 6 Juni 2019   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Detiknews.com

Baru saja dua hari yang lalu kita merayakan Idul Fitri . Idul Fitri yang bermakna kembali kepada fitrahnya.   Bermakna juga untuk bersilahturahmi untuk bermaaf-maafan atas kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja. Selayaknya manusia pasti pernah melakukan kesalahan yang memang direncanakan maupun tidak.

Ada baiknya memaafkan itu benar-benar setulus hati dan rendah hati supaya perbuatan yang tidak baik atau tidak berkenan itu tidak diulangi lagi.

Sayang seribu sayang ternyata Idul Fitri yang punya makna indah itu harus dirusak dengan adanya dua peristiwa yang tidak diinginkan.

Peristiwa pertama terjadi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.   Persis pada hari pertama Lebaran Idul Fitri, tawuran antar remaja atau bocah terjadi.   Saling ejek mengejek antar anak yang beasal dari Desa Sepa Batu dan Kelurahan Tinambung di atas Jembatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar.

Bukan hanya saling mengejek saja, mereka saling memukul dan salah satu kelompok menggunakan senjata mainan berbahaya.  Akibatnya ada beberapa anak yang terluka terkena peluru padat dari senjata mainan yang membahayakan.  Salah seorang anak bernama R berusia 9 tahun terluka memar pada pipinya karena terkena peluru senjata yang ditembakkan dekat sekali.

Peristiwa kedua yang terjadi di Buton, Sulawesi Tenggara. Pada malam hari Selasa tanggal 4 Malam, yang merupakan malam Takbir,  sekelompok masa yang terdiri dari 40 pemuda dari Desa Sampuabalo melakukan konvoi dengan menggunakan knalpot racing dan memainkan gas motornya sehingga bunyi keras yang memekak telinga . Hal itu membuat warga Desa Gunung Jaya terganggu dan tidak menerima.

Terjadilah adu mulut antara kelompok Desa Sampuabalo dengan kelompok Desa Gunung Jaya. Sayangnya, ada provokasi dari beberapa orang yang berasal dari Desa Sampuablao itu dengan melempar molotov ke ara rumah warga dan akhirnya terjadi pembalasan.

Kerugian besar pun dirasakan dengan terbakarnya 30 rumah warga dibakar Desa Gunung Jaya dibakar oleh sekelompok pemuda dari Desa Sampuabalo.

Mengapa pemuda-pemuda itu justru melakukan amuk masa atau tawuran pada hari yang dianggap hari Kemenangan terhadap emosi yang negatif?

Ada yang mengatakan bahwa hal itu sudah dianggap biasa karena tiap tahun dilakukan. Kehadiran mereka untuk merusak itu dianggap sebagai kemenangan sekelompok orang.  Hal itu sungguh menyedihkan karena bertentangan dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Pemuda atau warga yang masih berjiwa muda memang mudah tersulut emosinya, ketika tindakan mereka yang sebenarnya negatif itu dianggap benar.  Apakah dari pihak orangtua atau dari pihak keamanan sudah memberikan pelajaran bahwa tindakan mereka itu tidak benar?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline