Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

pegiat literasi

Dilema Milih ART Sehati, Apa Harus Trial and Error Dulu?

Diperbarui: 1 Desember 2021   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi asisten rumah tangga di rumah. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Mencari Asisten Rumah Tangga  (ART) itu susah-susah gampang. Susah karena semuanya tidak mudah diduga, siapa yang menduga dalamnya laut (walaupun kita bukan mau berenang). Di bilang mudah, karena kita tinggal memilih siapapun yang mau dan butuh uang bisa menjadi ART, tapi tidak jelas kejujuran dan kebaikannya. (bisa jadi ternyata ia-(seorang) serigala berbulu domba).

Pengalaman ber-ART sangat dilematis sekaligus traumatis. Dilematis karena paska ibu melahirkan si bungsu, praktis ibu butuh energi untuk pemulihan, setelah "turun mesin" begitu kata ibuku sendiri. Sedangkan mengandalkan bapak yang dipenuhi rutinitas kantoran yang tak berjadwal juga bukan pilihan terbaik. 

Sekalipun bapak tetap juga berusaha menjadi "suami siaga", siang-malam, jika sangat diperlukan dan semuanya kondusif. Mengandalkan aku, jelas lebih tak bijaksana, karena seperti :mengekploitasi" anak kata ibuku juga. Padahal sebagai sebuah bakti dan kewajiban, meski kanak-kanak, saya bisa sedikit membantu.

Traumatis, karena memilih ART sehati jelas bukan perkara mudah, penampilan tidak sepenuhnya benar, tutur kata bisa palsu, tapi karena faktor dilematis tadi, akhirnya berbekal rekomendasri tetangga sekaligus teman, dipilih ART yang muda, kuat dan berkesan baik diluarnya.

Hari pertama, ART baru itu sampai dirumah, tampil super ramah, supel dan banyak bercerita selama ia bekerja. Ia cekatan, membersihkan ruang, merawat bayi, sesekali membantu memasak, sehingga seluruh pekerjaan rumah bisa teratasi. Namun sore harinya sebelum jam kerja habis, ia minta izin karena alasan orang tuanya membutuhkan bantuannya. Maka dengan berat hati, ibuku mengizinkannya pulang.

Keesokkan harinya, ia datang lebih pagi karena alasan merasa tidak enak , mengganti jam kerja kemarin yang tidak maksimal. Maka ia bertindak sebagai cleaning service, membersihkan semua ruang, kecuali sebuah ruang kecil, karena paman keberatan jika privacy-nya diganggu, karena tugas kuliahpun masih berceceran di lantai, bahkan jika ia tidak sedang berada di kamar sekalipun, ruangan itu tetap steril. 

Ruang itu penuh dengan barang elektronik, komputer hingga tape recorder dan tentu saja tabungan uang cash. Paman agak malas jika harus bolak-balik ATM, untuk sekedar belanja hariannya.

Begitulah, selama tiga hari ART baru itu bekerja sesuai ekspektasi. Sesuai kriteria pilihan ibuku, muda, kuat, cekatan, rajin dan bisa diandalkan untuk hal tak terduga. Menurutku, untuk kriteria yang terakhir, maksud ibu adalah jika dibutuhkan menjadi body guard juga bisa, karena posturnya yang lumayan besar, begitupun masak juga bisa.

Atas dasar kepercayaan dari ucapan, karena soal bercuap-cuap ART baru pilihan ibu memang lihai, maka kami tidak meminta pertinggal tanda pengenal, bahkan untuk menjaga kemungkinan. 

Di hari keempat, ketika semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing, siang menjelang sore ART kami minta izin pulang karena ada alasan sebuah keperluan mendadak lagi, karena sebagian pekerjaan telah selesai, sehingga ibuku langsung mengizinkan, sekaligus memberinya sedikit uang bekal dari gaji kerjanya selama beberapa hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline