Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi : Mati Suri dalam Kemelut Kata-Kata

Diperbarui: 7 November 2021   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Puisi : Mati Suri dalam Kemelut Kata-Kata. Sumber: Tribun

Kata-katamu menyerbuku. Menyergap.
Membuatku gagap. Kehilangan siap.
Menusuk, mencekat. Dalam sekali lontar,
aku gemetar. Dan waktupun menggelepar. 

Kata-katamu menusuk inti jantungku.
Menikam pilu, paling sendu.
Membuat sudut jiwaku berabu.
Kehilangan nyala. Lalu redup.
Aku mati suri. Paling sunyi

Matilah naluri. Ditikam belati
yang paling racun. Membiru ungu,
lalu gelap. Kehilangan nyala paling redup.
Gugup. Tersudut. Mati dalam kemelut

Kata-kata membadai. Beramai-ramai.
Sorak sorai. Dalam hingar bingar,
teriakan sangar. Membakar
Memantik api. Lalu menghanguskan,
menghancurkan. Hilang. Musnah

Jangan!!!

Semua sia-sia. Dalam kata-kata,
sumpah serapah. Membuat gerah,
jengah. Dan semua berantakan.
Luluh lantak. Tak bersisa.

Lalu dari mana, semua kembali memulai?

Kubur kata-kata, sumpah serapah. Buka mata. Berpikir dan berhati.
Hati-hati. Sebelum mati,
dalam sepi.

Badaikan empati. Ramaikan sunyi dengan rindu yang mengalir anak sungai, bersorai. Suka cita membangkitkan diri sendiri. 

****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline