Lihat ke Halaman Asli

Wuri Handoko

TERVERIFIKASI

Peneliti dan Penikmat Kopi

Puisi | Malam Semesta

Diperbarui: 2 Agustus 2020   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Jam berdentang pelan, sekali saja dan berhenti
berganti jarum jam berdetak detik malam
Desir angin meluruh ke jalanan
Sunyi dan senyap dalam kabut
Rerumputan  lembab
dan uap mulai menjelma embun
yang dingin
yang beku
yang diam
yang merayap.
yang menandai malam meneduhkan

Kita bersiap ke pembaringan
menggenapi malam, terlelap
ke alam yang tak ada malam atau siang
tak ada gelap
tak ada terang
tak ada cahaya
tak ada angin
tak ada waktu
tak ada sinar
tak tahu apa itu semesta
tapi selalu malam waktu terpejam
siang hanya lelap sesaat yang membedakan
hanya melepas lelah dan penat
Malam selalu semesta
sebab putaran waktu yang selalu pasti
Malam semesta
tentang waktu
tentang cahaya
tentang tertidur
tentang lelap, tentang fana, tentang tak sadar
tentang alam mimpi dan semesta yang tak kita pahami

Malam semesta hanya milik kita
Buktinya hanya manusia yang masuk rumah
sementara binatang malam keluar lubang
binatang siang ada yang tetap terjaga
terlelappun tak direncanakan

Aku yang terjaga malam ini, merenungi semesta malam
Menulis puisi, mempertanyakan isi
meragukan maksud, memahamkan pesan
Ingin menjelaskan makna
hanya ingin, tapi kata dan kalimat tak kupahami
sebab malam tak menerangkan apa-apa
yang sampai pada isi kepala
hanya hati mempertanyakan
mengapa malam masih terus terjaga
dan semesta masih melayang-layang
di kepala...

WH, Manado, 2 Agustus 2020. pkl. 01.30 wita..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline