Lihat ke Halaman Asli

wulan azzahra

Mahasiswi

Cahaya di Mata Ibu

Diperbarui: 28 November 2020   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Rina Maharani akrab di panggil Rina, aku seorang pelajar SMA duduk di kelas 12. Aku dua bersaudara yang hidup bersama Ayah, Ibu dan Kakak perempuan ku. Mereka sangat menyayangi ku, dan setiap waktu luang kami selalu bercerita bersama.  

Ibu ku bekerja sebagai pedagang keliling, saat ini Ayah ku sedang mengidap penyakit diabetes, yang tak memungkinkan untuk bekerja, sudah hampir 3 bulan Ayah terbaring lemah di atas kasur. Kakak perempuan bernama Bunga, dia berbeda dengan anak-anak lainnya, kakak ku berusia 20 tahun. Namun, sejak lahir dia mempunyai kelainan.

Sejak Ayah sakit, Ibu lah yang menggantikan sosok Ayah dalam keluarga, setiap hari Ibu slalu berdagang minuman keliling, dari pagi hingga petang, Ibu menghabiskan waktunya untuk berjualan.

Tak kuasa ku menahan rasa pedih yang di rasakan oleh Ibu, niat hati ingin membuat Ibu untuk berjualan, namun Ibu melarang ku, Ibu berakata "Tugas mu hanya belajar, biarlah ini menjadi tanggung jawab Ibu"

***

Singkat cerita, saat pagi tiba dan alarm ku berbunyi dengan kencang. "Kring...kring...kring..." Aku terbangun dari tidur ku yang lelap, aku melihat dari lubang kecil, Ibu ku masih tertidur, aku langsung bergegas untuk menyiapkan sarapan.

Tak lama, Ibu terbangun dari tidur nya. Semua sarapan sudah ku siap kan di atas meja makan, sambil menikmati lauk yang ku masak, Aku dan keluarga ku asyik berbincang di atas meja makan, Canda, gurau, yang slalu aku nantikan terlontar dari mulut Ibu ku.

"Aku pamit sekolah dulu ya Bu, Yah, Kak"

"Hati-hati ya Nak" Saut Ibu pada ku. Rasanya aku tak ingin berangkat sekolah pagi itu, karena ku tahu Ibu pasti merasa sangat lelah karena harus berkerja demi menghidupi keluarga.

Hanya aku satu-satunya harapan Ibu di keluar ga, Ibu menganggap ku sebagai piala kemenangan nya, dan Ibu pula yang selalu membanggakan ku di depan banyak orang.

Sampainya di sekolah, aku di sambut oleh guru ku, "Rina? Bisa ikut Ibu ke kantor?" aku langsung mengikuti langkah kaki nya menuju kantor, aku sudah tahu ada gerangan apa aku di panggil menghadap diri nya. Memasuki ruang kantor, dengan perasaan yang tak enak, aku mencoba untuk mendengarkan perkataan nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline