Lihat ke Halaman Asli

Shri Werdhaning Ayu

Manusia Brang Wetan

Mengenal Kutai, Lokasi Ibu Kota Indonesia Baru, dalam Konteks Ilmu Sejarah

Diperbarui: 27 Agustus 2019   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

news.detik.com

Sedang ramai diperbincangkan tentang perpindahan ibu kota negara kita ke wilayah yang digadang relatif aman dari bencana alam. Mengutip dari apa yang dijelaskan oleh Presiden Joko Widodo, lokasi paling ideal untuk dijadikan ibu kota yang baru adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Selain diklaim sebagai wilayah yang memiliki risiko bencana yang minim, lokasi ini juga sangat strategis karena berada di tengah-tengah Indonesia.

Tahukah kalian, bahwa Kutai yang akan dijadikan ibu kota ini memiliki sejarah yang panjang sebagai sebuah "kerajaan pertama" yang bercorak india, yang menjadi salah satu bukti tertua tentang keberadaan akan adanya corak kehidupan masyarakat yang sudah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa asing (dalam hal ini India). 

Meskipun hubungan bangsa-bangsa asing dengan kepulauan Nusantara tercatat sejak abad 4 Masehi untuk Sumatra dan abad V Masehi untuk Jawa, tetapi berita tertua yang berhubungan dengan suatu wilayah di Kalimantan baru bisa ditemukan berasal dari catatan Cina yang berasal dari zaman Dinasti T'ang (618-906 Masehi). 

Akan tetapi, penemuan arca Budha di Kota Bangun, Kalimantan Timur yang memperlihatkan langgam seni arca Gandhara menjadi salah satu bukti tentang adanya hubungan serta pengaruh tertua budaya India di Indonesia.

Selain benda-benda berupa arca seperti yang disebutkan di atas, dari daerah Kalimantan Timur, tepatnya di Bukit Berubus, Muara Kaman pada tahun 1879 ditemukan beberapa buah prasasti yang dipahatkan pada tiang batu yang disebut dengan yupa, yaitu nama-nama yang disebutkan pada prasasti-prasastinya sendiri.

Menurut Kern, huruf yang dipahatkan pada yupa itu adalah huruf Pallawa yang berasal dari awal abad V Masehi, sedangkan bahasanya adalah bahasa Sansekerta. Semuanya dikeluarkan atas titah seorang penguasa daerah itu pada masa tersebut, yang bernama Mulawarman, yang dapat dipastikan bahwa ia adalah seorang Indonesia asli (bukan orang asing yang menjadi penguasa wilayah), karena kakeknya masih menggunakan nama Indonesia asli, Kundungga. (untuk sedikit penjelasan, nama-nama penguasa yang banyak digunakan pada abad-abad itu dan sesudahnya cenderung mendapatkan pengaruh dari India, seperti nama Mulawarman sendiri).

Salah satu dari yupa tersebut menuliskan silsilah Mulawarman, raja terbesar di daerah Kutai Kuno. Dapat diketahui bahwa sedikitnya ada tiga angkatan dalam keluarga, dimulai dengan raja Kundungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman, dan Aswawarman yang mempunyai tiga orang anak, seorang di antaranya bernama Mulawarman.

Ada satu hal yang menarik di sini, yaitu penyebutan bahwa pendiri keluarga kerajaan adalah Aswawarman dan bukan Kundungga yang dianggap sebagai raja pertama. Agaknya, meskipun Kundungga adalah ayah dari Aswawarman dan raja pertama, tetapu ia tidak dianggap sebagai pendiri keluarga raja. Agaknya hal ini disebabkan karena pada masa Kundungga, ia masih belum menganut pengaruh asli dari India, yang mana dapat dilihat dari namanya yang masih belum tersentuh pengaruh nama dari India.

Ada beberapa hal penting yang harus disimak dari sejarah Kutai lama:

(1) Kutai menjadi salah satu lokasi yang memiliki bukti tertua hubungan Kepulauan Nusantara dengan bangsa-bangsa asing,

(2) Kutai menjadi kerajaan tertua yang ada dalam catatan, yang berarti wilayah ini merupakan transformasi pertama dari kelompok masyarakat yang pada waktu itu mungkin masih mengenal sistem kesukuan, menjadi sistem kerajaan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline