Pandemi Covid-19 telah menyebabkan banyak pekerja sektor swasta kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Sebab perusahaan-perusahaan tempat para pekerja itu bekerja banyak yang gulung tikar terdampak Covid-19.
Sampai saat ini entah berapa banyak para pekerja yang sudah "dirumahkan". Memang tidak ada pilihan lain bagi perusahaan-perusahaan yang gulung tikar terdampak Covid-19 itu selain "merumahkan" para karyawannya karena tidak mampu membayar gaji mereka.
Berbeda halnya dengan para Aparatur Sipil Negara, yang salah satunya adalah Pegawai Negeri Sipil atau PNS. Status dan pendapatan atau gaji mereka bisa disebut tidak terdampak sama sekali oleh Covid-19.
Status para PNS itu kokoh dan kuat. Mereka juga tiap bulannya tetap normal seperti biasa menerima gaji, walaupun mereka tidak pergi bekerja ke kantor karena ada ketentuan harus WFH (Work From Home).
Ya begitulah kondisinya. Jadi PNS memang seperti itu. Sebagai "karyawan" dari sebuah "perusahaan" yang bernama negara, status para PNS tidak tergoyahkan dan tetap bisa menerima gaji selama "perusahaan" tempatnya bekerja tidak gulung tikar.
Selama masih ada negara, ada pemeriintahan, dan negara memiliki dana untuk membayar para "karyawan" nya, para PNS tetap akan menerima gaji dan tidak akan kena PHK. Para PNS adalah "karyawan" permanen "perusahan" yang bernama negara.
Hal itu tak kurang mengundang kecemburuan dan rasa "iri" dari mereka yang bukan PNS. Bahkan ada sebagian orang yang menyindir sinis dengan menyebut enak sekali jadi PNS. Walau pun tidak bekerja, tapi tetap menerima gaji. Makan gaji buta !
Oleh karena itu tidak heran jika banyak orang yang ingin menjadi seorang PNS. Bagaimana pun caranya. Bahkan sebagian ada yang menempuh cara-cara yang tidak halal sekali pun. Seperti dengan menyuap kepada oknum yang bisa meloloskan menjadi PNS misalnya.
Padahal sesungguhnya menjadi PNS tidak selalu indah. Ada banyak kisah pilu dari sebagian mereka yang berstatus sebagai PNS.
Pendapatan atau gaji PNS secara umum bisa dibilang standar, tidak kecil banget dan tidak juga besar banget. Hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan standar sehari-hari. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar dan urgen, banyak PNS yang menjaminkan SK nya ke bank.
Celakanya, banyak diantara mereka yang lepas kontrol. Mereka meminjam ke bank dengan nilai pinjaman yang cukup besar sehingga untuk cicilannya menghabiskan hampir semua gaji bulanannya.