Lihat ke Halaman Asli

Biso Rumongso

Orang Biyasa

Papanya Andika Koruptor Bukan Sih...

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_109355" align="alignnone" width="450" caption="Ruang penjara Artalita Suryani ternyata seperti hotel. (google/antara)"][/caption]

Di sebuah sekolah, seorang guru menugasi murid-muridnya mengkliping tulisan soal korupsi. Ado, salah seorang murid, tak kesulitan mengumpulkan bahan-bahan soal itu karena papanya seorang wartawan.

"Emang korupsi itu apa sih, Pa," tanya Ado.

Jawaban tak segera diterimanya. Si papa tampak berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Korupsi yang sangat akrab didengar, ternyata tak mudah untuk dipaparkan artinya. "Korupsi itu memperkaya diri dengan cara menyalahgunakan jabatan," katanya.

Terlihat sekali Ado belum paham dengan penjelasan ayahnya tersebut. Ketika ditanya mengerti atau tidak dengan jawaban itu, ia langsung mengelengkan kepala.

"Misalnya Jaksa Urip Tri Gunawan ini. Ia dianggap memperkaya diri dengan cara meminta uang miliaran dari orang-orang yang diperiksanya. Tentu saja dengan jaminan bahwa orang-orang yang diperiksanya akan memperoleh hukuman lebih ringan, bahkan bebas. Padahal Urip sudah digaji negara untuk tugasnya itu," papar sang ayah lagi seraya menunjukan berita tentang Urip di koran yang sudah digunting anaknya.

"Nah, yang nyuap Jaksa Urip yakni Artalita Suryani juga dinyatakan bersalah. Ia dianggap ikut melakukan korupsi untuk mempengaruhi keputusan negara yang harusnya diemban Urip," imbuhnya.

"Ada juga jalan yang baru dibangun menjadi rusak atau gedung sekolah belum lama berdiri tiba-tiba ambruk karena uangnya dikorupsi," kata papanya Ado sambil menunjukkan berita soal proyek-proyek salah kelola tersebut kepada anaknya.

"Yang korupsi itu biasanya disebut koruptor. Yang dikorup adalah uang negara atau uang perusahaan. Kalau jumlah uang yang dikorupsi terlalu banyak, negara akan bangkrut, perusahaan gulung tikar. Koruptor adalah musuh negara, musuh kita bersama," papar si papa Ado setengah berpidato.

Tak terasa jumlah guntingan berita tentang korupsi yang dikumpulkan Ado dan papanya menumpuk, jauh melebihi jumlah yang ditugaskan gurunya.

"Kayaknya ini kebanyakan deh, Pa," ucap Ado.

"Ya kamu seleksi lagi saja. Mana kira-kira yang kamu ngerti tentang korupsi seperti yang ditugasi gurumu,"jawab sang papa.

Malam harinya sang anak keluar dari kamar dan menghampiri papanya yang belum tidur. "Kalau papanya Andika itu koruptor bukan, Pa. Dia kan kaya banget. Rumahnya bagus, mobilnya banyak...Andika juga punya mainan bagus-bagus, punya PS2 dan PS3. Padahal yang kerja hanya papanya. Papa dan Mama yang kerja dua-duanya nggak sekaya mereka," bisik Ado.

Tak biasanya Ado belum tidur saat papa-mamanya pulang kantor. Bocah kelas V SD itu diduga masih memikirkan soal korupsi yang ditugasi gurunya. Ia mungkin tengah menduga-duga ayahnya Andika yang merupakan teman main dan tetangga depan rumah itu seorang koruptor.

"Husss...kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Papanya Andika memang kaya, tapi belum tentu korupsi. Dan walaupun korupsi kita tak boleh menuduhnya sembarangan," ucapnya.

"Kalau begitu aku masih boleh main PS di tempat Andika. Papa kan nggak bisa beliin aku PS karena nggak korupsi," kata Ado yang tiba-tiba mengkaitkan PS dengan korupsi.

"PS nggak ada kaitan dengan korupsi. Kamu akan papa belikan PS kalau juara kelas. Titik!"

Begitu Ado kembali ke kamarnya, giliran papanya yang nggak bisa tidur. Ia khawatir tiba-tiba Ado menuduh ayahnya Andika seorang korupsi. Ia lalu menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada istrinya.

"Kalau begitu PS-nya dibelikan besok saja," kata sang istri enteng.

Papanya Ado tetap tak mau mengikuti saran istrinya itu. Sang anak pun akhirnya masih bermain PS di rumah Andika. Keesokan harinya saat bersiap- siap pergi ke sekolah, Ado bercerita.

"Pa, ternyata Andika nggak marah dibilang ayahnya korupsi. Ia malah tanya apa sih korupsi?!!,"

Papanya Ado kaget bercambur plong. Kaget karena kekhawatiran semalam akhirnya terjadi. Plong karena anak tetangganya itu untungnya tak tahu istilah korupsi.

Kata itu memang akrab didengar tapi tak mudah didefinisikan secara pas




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline